Berikut 5 Pahlawan Nasional yang Pernah Dibuang Penjajah, No 2 Bung Hatta

Berikut 5 Pahlawan Nasional yang Pernah Dibuang Penjajah, No 2 Bung Hatta

Berita Utama | banten.inews.id | Rabu, 17 April 2024 - 13:20
share

KEMERDEKAAN yang berhasil diraih Indonesia, tidak terlepas dari hasil perjuangan para pahlawan dalam mengusir penjajah. Gelar pahlawan nasional pun diberikan oleh pemerintah sebagai penghargaan atas jasa para pahlawan yang rela mengorbankan jiwa dan raga untuk melawan penjajah dan mewujudkan kemerdekaan. 

 

Di antara para pahlawan itu, ada yang sampai dibuang oleh penjajah dalam bentuk tahanan politik dan pengasingan. Berikut ini pahlawan nasional yang pernah dibuang penjajah di masa perjuangan:

1. Tuanku Imam Bonjol 

Pahlawan yang memiliki nama asli Muhammad Syahab ini lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat pada 1 Januari 1772. Tuanku Imam Bonjol merupakan seorang ulama dan pemimpin di masyarakat

Imbas dari Perang Padri, yang merupakan perang antara kaum Adat dan kaum Paderi (kaum agama), Imam Bonjol berjuang melawan Belanda bersama kaum Paderi pada tahun 1803 sampai 1864

Pada 16 Agustus 1837, benteng pertahanan Imam Bonjol berhasil dikuasai oleh Belanda. Setelahnya, Imam Bonjol melakukan perundingan di Palupu

Saat tiba di tempat tersebut, Imam Bonjol langsung ditangkap lalu dibuang ke Cianjur, Jawa barat. Kemudian, ia dipindahkan ke Ambon dan Lotak, Minahasa. Di tempat pengasingannya terakhir, Tuanku Imam Bonjol meninggal dunia dan di makamkan di sana.

 

2. Mohammad Hatta 

Mohammad Hatta adalah pahlawan nasional yang sudah aktif di politik sejak di bangku kuliah di Handels Hooge School Rotterdam, Belanda. Bung Hatta, panggilannya, menjadi Ketua Perhimpunan Indonesia sejak 1926-1930. 

Namun, karena aktivitas tersebut Bung Hatta sempat diasingkan di penjara Den Haag pada November 1927 sampai Maret 1928. Bung Hatta kembali ke Indonesia pada tahun 1932 dan mendirikan Partai Nasional Indonesia. Akibat aktivitasnya ini, Bung Hatta dibuang ke Boven Digul, Papua pada 1935. Kemudian, ia dipindahkan ke tempat pengasingan di Banda Neira dan Sukabumi.

3. Sutan Sjahrir 

Bersama dengan Bung Hatta, Sutan Syahrir mendirikan Partai Nasional Indonesia. Sjahrir pun turut diasingkan ke Papua, Banda Neira, dan Sukabumi. Pada November 1945, Sjahrir ditunjuk menjadi Perdana Menteri dan menjadi Ketua Delegasi Indonesia pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag.

Setelah itu, tepatnya Agustus 1960, partai yang didirikan Sjahrir dibubarkan karena dianggap terlibat pada pemberontakan PRRI. Imbasnya, Sjahrir ditangkap dan dijadikan tahanan hingga ia meninggal pada 9 April 1966. 

4. Tan Malaka 

Tan Malaka lahir di Suliki, Sumatera Barat, 2 Juni 1987. Ia melanjutkan studi ke Belanda selama enam tahun. Sesampainya di Tanah Air, Tan Malaka melihat realita yang sangat menyedihkan. Banyak buruh di perkebunan yang hidup tidak layak. 

Sistem kapitalis yang dijalankan pada saat itu memperlakukan kuli kontrak dengan tidak wajar. Tan Malaka ingin memberi pendidikan yang layak bagi anak-anak kuli kontrak perkebunan.

Namun, karena hal tersebut, Tan Malaka dianggap melakukan penghasutan kepada para buruh. Akhirnya, ia diasingkan oleh Belanda pada 1922 dengan tuduhan terlibat dalam berbagai aksi buruh. 

5. Pangeran Diponegoro

Pahlawan nasional pemilik nama kecil Raden Mas Ontowiryo ini lahir di Yogyakarta pada tanggal 17 November 1785. Anak sulung dari Sultan Hamengkubuwono II ini memimpin Perang Diponegoro pada tahun 1825-1830.

Peperangan tersebut berakhir karena siasat yang dilakukan Belanda dengan menipu Pangeran Diponegoro untuk melakukan perundingan di Magelang. Namun, dalam perundingan itu, Pangeran Diponegoro ditangkap dan dibuang oleh Belanda ke Manado, lalu ke Ujung Pandang sampai ia meninggal pada 8 Januari 1855.

Topik Menarik