Perbandingan Harga Starlink di Malaysia dan Indonesia, Mana yang Lebih Mahal?
JAKARTA - Desas-desus kehadiran layananan internet satelit milik Elon Musk , Starlink di Indonesia masih terus dibicarakan. Salah satunya adalah perbandingan harganya dengan negara tetangga, Malaysia.
Di Indonesia sendiri Starlink dilaporkan baru akan masuk pada tahun 2024. Hal itu tidak lepas dari aturan dan regulasi dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) agar Starlink dapat berkolaborasi dengan penyedia operator lokal.
Di sisi lain, menurut Direktur Wholesale & International Service Telkom Indonesia, Bogi Witjaksono, harga layanan Starlink disinyalir akan menjadi yang paling mahal di Indonesia.
Dalam keterangan resminya, Bogi menyebut jika harga internet Starlink berkisar Rp2-3 jutaan per bulan. Namun harga tersebut jelas kembali lagi kepada pilihan masyarakat.
"Pilihan saja itu, sesuatu yang tidak perlu ditakutkan menurut saya. Semuanya [konsumen] sudah ada segmen-segmen," jelas Bogi beberapa waktu lalu.
Sementara itu, di Malaysia layanan Starlink dijual dengan harga 220 ringgit atau sekitar Rp720 ribuan per bulan dengan kecepatan 100Mbps.
Dilansir dari E-Central , Sabtu (9/9/2023), harga layanan tersebut belum termasuk dengan pemasangan instalasi pertama dengan harga 2.300 ringgit atau setara Rp7,5 jutaan.
Lebih lanjut, untuk harga berlangganan Starlink memang tidak ada yang pasti, tak terkecuali untuk di Indonesia. Tentunya itu semua akan bergantung dengan kerjasama yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia agar mematikan operator lainnya di Tanah Air.
Sebelumnya Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia-ITB, Ian Josef Matheus Edward, juga mengungkapkan jika layanan internet satelit milik Elon Musk itu bisa jadi alternatif untuk mengatasi daerah yang memerlukan internet berkualitas.
"Starlink ini sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi daerah yang memerlukan internet kualitas baik dan terjangkau. Sehingga Average Revenue per Unit (ARPU) internet operator seluler meningkat," kata Ian beberapa waktu lalu.
"Jadi starlink wajib bekerjasama dengan operator seluler eksisting. Apalagi saat ini operator seluler berkonsentrasi pada business to consumer (B2C) ke arah layanan internet untuk pelanggan," jelasnya.






