Siapa Pemilik Hotel Salak The Heritage yang Merupakan Salah Satu Hotel Tertua Indonesia?
JAKARTA- Siapa pemilik hotel Salak The Heritage yang merupakan salah satu hotel tertua Indonesia menarik untuk dibahas. Pasalnya, hotel bersejarah ini dibangun pada 1856 oleh pengusaha kerabat dari gubernur Hindia Belanda masa itu.
Dulu namanya Bellevue-Dibbets Hotel, kemudian pada 1948 berganti nama jadi Hotel Salak karena letaknya di kaki Gunung Salak.
Mulanya hotel tersebut hanya digunakan untuk tempat peristirahatan dan pertemuan para pebisnis dan anggota gubernur Hindia Belanda.
Berbagai event penting telah mewarnai perjalanan Hotel Salak, di antaranya adalah Konferensi Asia Afrika pada 1955. Hotel yang bangunannya khas Belanda ini masih beroperasi sampai sekarang.
Lantas siapa pemilik hotel Salak The Heritage yang merupakan salah satu hotel tertua Indonesia adalah Hasan Hambali. Dia membuat penginapan ini masih tetap eksis meskipun banyak hotel modern yang lebih bagus. Sebelum Hasan pemiliknya, ada sosok Gubernur Jenderal Hindia-Belanda saat itu, Albertus Jacobus Duymaer van Twist (1851-1856).
Hal ini berawal dari otel ini sudah enam kali berganti nama. Bangunan hotel yang kini bernama Hotel Salak the Heritage pada awalnya hanya berupa rumah penginapan yang dibangun pada tahun 1856.
Twist merenovasi bangunan istana lama yang sudah rusak akibat gempa yang pernah melanda Bogor pada 1834. Ia kemudian mendesain ulang bentuk bangunan Istana dengan arsitektur bergaya Eropa abad pertengahan. Pada tahun 1850 istana dibangun kembali dengan bentuk bentuk yang bisa dilihat pada masa ini.
Keluarga Twist menjadi pemilik dan mengelola rumah penginapan yang kelak menjadi sebuah hotel berkelas pada masanya. Hotel itu kemudian dikenal dengan nama Binnenhof Hotel. Hotel binnenhof bisa dianggap sebagai hotel bintang empat karena lokasinya yang dekat dengan pusat pemerintahan, istana, dan kebun raya.
Selain digunakan sebagai tempat peristirahatan bagi tamu sang Gubernur Jenderal, Binnenhof juga menjadi tempat bertemunya para pengusaha Hindia-Belanda, dan menjadi tempat rapat untuk membahas administrasi pemerintahan. Dua puluh tahun setelah kematian Twist (3 Desember 1887), Binnenhof mengalami masa-masa suram.
Apalagi pada waktu itu pemerintahan Hindia-Belanda sedang dilanda krisis moneter. Sejarah Perubahan nama Hotal Dibbets menjadi Hotel Salak the Heritage dimulai pada tahun 1913 setelah diambil alih oleh perusahaan NV American Hotel. Tapi , meski telah berganti kepemilikan, namun hotel ini tetap mengalami kebangkrutan.
Tahun 1922 , dalam kondisi yang sudah terpuruk hotel ini dilikuidasi oleh E A Dibbets, sang manager yang juga pemilik saham terbesar di NV American Hotel. Oleh sang manajer, hotel ini kemudian berganti nama menjadi hotel Dibbets.
Setelah tahun 1948, bangunan hotel ini kemudian diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah Republik Indonesia. Oleh Pemerintah yang berkuasa saat itu, hotel ini tidak mendapatkan perhatian karena mereka masih sibuk mengurusi negara yang masih seumuran jagung.
Baru lah pada tahun 1950, bangunan hotel ini direnovasi dan mendapatkan nama baru yaitu Hotel Salak. Perubahan nama kembali dilakukan pada September 1998 dengan nama baru yang masih digunakan hingga kini, yaitu Hotel Salak the Heritage. Perubahan nama kembali dilakukan pada September 1998 dengan nama baru yang masih digunakan hingga kini, yaitu Hotel Salak the Heritage.







