Sejarah Klenteng Jamblang yang Berusia Lima Abad
CIREBON- Melintasi Cirebon pasti akan tampak bangunan-bangunan lawas yang tampak tak berpenghuni di salah satu area bernama Jamblang. Namun tahukah kalian terdapat sebuah bangunan bersejarah di sekitarnya yang disebut Klenteng Jamblang.
Berada di tengah pemukiman pecinan, Klenteng ini masih terjaga keasliannya baik dari pintu kayu, tembok bangunan dengan keramik khas negeri tirai bambu dan beberapa ornamen.
berdasarkan jejak sejarah leluhur, Ketua pengurus Klenteng Jamblang, Herwanto Siswandi atau Sim Peng Wan menyampaikan, satu buah tiang yang serupa dengan Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang terletak di dekat Alun-alun Keraton Kasepuhan Cirebon, Klenteng ini diperkirakan berdiri sejak 1480 Masehi. Konon, pembangunan klenteng ini diperkirakan bersamaan dengan Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Berdasarkan catatan sejarah yang dimiliki pihak Klenteng, kayu utama pada atap Klenteng yang biasa dikenal dengan wuwungan atau suhunan merupakan bagian dari batang kayu yang sama untuk pendirian Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Kasepuhan yang dibangun sekitar tahun 1480-an masehi.
Menginjak usia 543 tahun atau lima abad tentu membuat Klenteng ini melewati sejumlah pemugaran. Jika melihat sekilas dari batas gerbang pembatas pada klenteng maka terdapat dua buah prasasti dengan huruf Tionghoa dalam sebuah dinding.
Prasasti huruf Tionghoa yang menjadi catatan sejarah tertulis yang dibuat oleh leluhur terdahulu Prasasti huruf Tionghoa yang menjadi catatan sejarah tertulis yang dibuat oleh leluhur terdahulu.
Dalam klenteng tersebut memuat informasi data tertulis mengenai angka yang merupakan waktu pemugaran hingga peristiwa bersejarah yang pernah terjadi di wilayah Jamblang.
Tak hanya itu, dalam prasasti tersebut tercatat juga sejarah di Jamblang yang pernah mengalami wabah Kolera di tahun 1859 (Ham Hong tahun ke-9 Kie Bie Shio Yo) dan tahun 1882.
"Ada kolera disini dulu, wabah, terus banjir juga sampe setinggi apa ya satu setengah kaki," ungkap Herwanto, Sabtu (3/6/2023).
Pemugaran awal klenteng dilakukan pada tahun 1785 Masehi, dan pemugaran terus dilakukan beberapa kali hingga tahun 1900-an Masehi atau 115 tahun. Dalam pemugaran tersebut dibeli juga tanah di Kampung Serang, guna pemakaman tionghoa dengan dilakukannya urunan atau patungan.
Beberapa perubahan yang pernah dilakukan pada Klenteng ini di antaranya pembuatan blandongan, pembuatan saluran air menuju sungai Jamblang, serta peninggian pondasi klenteng.
Tak hanya itu, terdapat sejumlah pembatas berupa pagar besi merah untuk menghalangi orang dari luar yang masuk sembarangan ke dalam Klenteng. Tak hanya itu, pada bagian menuju altar tepatnya bagian depan kayu terdapat semacam rolling door besi yang diprotect untuk menjaga bagian altar khususnya rupang (patung) Dewa Hok Tek Cheng Sin.***
