Profil I Wayan Lanus, Sosok di Balik Resort Berkelanjutan Sanggraloka Ubud

Profil I Wayan Lanus, Sosok di Balik Resort Berkelanjutan Sanggraloka Ubud

Travel | inews | Jum'at, 19 Desember 2025 - 18:59
share

BALI, iNews.id - Di balik hamparan hijau Ubud yang tenang, ada sosok I Wayan Lanus yang menghadirkan resort Sanggraloka Ubud. Lewat resort itu, dia tidak melihat bisnis sekadar bangunan, melainkan cara menjaga keseimbangan hidup.

I Wayan Lanus atau yang akrab disapa Mangku lahir dan tumbuh di Bali dalam lingkungan desa yang akrab dengan adat dan alam. Sejak kecil, dia terbiasa hidup dalam ritme gotong royong, upacara, dan hubungan manusia dengan lingkungannya. 

Dari sanalah dia belajar bahwa hidup bukan hanya soal mengambil, tetapi juga merawat. 

Para pengelola Sanggraloka Ubud, Bali. (Foto: Muhammad Sukardi)

"Sejak kecil, saya terbiasa melihat bagaimana nilai gotong royong, keseimbangan dengan alam, serta rasa hormat terhadap tradisi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari," ujar Mangku saat diwawancarai iNews, belum lama ini. 

"Dalam perjalanan hidup, saya banyak belajar bahwa kemandirian dan tanggung jawab tumbuh dari proses, termasuk melalui pengalaman-pengalaman sederhana di masa muda," tambahnya. 

Ya, pengalaman masa muda Mangku mengajarkan satu hal penting, yaitu usaha adalah proses memahami orang lain. Mangku diketahui pernah menjadi pengusaha. 

"Bukan semata berdagang, melainkan membangun kepercayaan dan menjaga hubungan. Nilai sederhana itu yang menempel kuat dan membentuk cara pandang saya dalam berbisnis hingga kini," ujarnya. 

Proses Sanggraloka Ubud Dibuat hingga Menjadi Resort Berkelanjutan

Ketika gagasan tentang Sanggraloka Ubud mulai muncul, Lanus sudah terlibat sejak awal. Bukan karena ambisi membangun resort mewah, tetapi karena kegelisahan akan arah pembangunan di Bali yang kerap mengabaikan akar budaya dan keseimbangan alam. 

Baginya, properti seharusnya menjadi medium untuk merawat ruang, bukan sekadar mengisinya.
Prinsip itu diterjemahkan melalui konsep sanctuary yang diusung Sanggraloka Ubud. 

Konsep ini lahir dari keyakinan bahwa budaya dan spiritualitas Bali tidak perlu dipertontonkan secara berlebihan, tapi cukup dijalani. 

Kebun asri di Sanggraloka Ubud, Bali. (Foto: Muhammad Sukardi)

"Tri Hita Karana atau harmoni dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam, menjadi penunjuk arah dalam setiap keputusan, dari desain bangunan hingga ritme aktivitas harian," kata Mangku.

Dia meyakini, keindahan Bali bukan hanya soal lanskap. Ada energi, ketenangan, dan makna yang tak kasatmata, namun bisa dirasakan. Karena itu, Sanggraloka Ubud dirancang sebagai ruang hening yang menghormati nilai magis Bali secara tulus, tanpa kesan artifisial.

Sebagai putra asli Bali, harapan Mangku tidak berhenti pada keindahan tempat. Dia ingin kehadiran Sanggraloka Ubud membawa manfaat nyata bagi masyarakat sekitar. 

Keterlibatan warga lokal dalam operasional, kemitraan dengan petani dan perajin, hingga praktik keberlanjutan yang menjaga tanah dan air menjadi bagian dari komitmen tersebut.

Baginya, bisnis yang menghormati budaya dan alam justru memiliki peluang lebih besar untuk bertahan. Nilai ekonomi dan nilai kehidupan tidak harus saling meniadakan. Keduanya bisa tumbuh berdampingan jika dijalankan dengan kesadaran.

Sisi Lain I Wayan Lanus

Di luar peran sebagai pengelola resort, Mangku menjalani hari-hari yang sederhana. Berjalan di alam, merawat kebun, mengikuti ritme upacara, atau menikmati keheningan menjadi ruang refleksi yang menjaga keseimbangan batinnya. 

"Saya tidak memisahkan secara kaku antara pekerjaan dan kehidupan pribadi," katanya.

Di tengah derasnya arus pembangunan, I Wayan Lanus memilih tetap 'grounding'. Melalui Sanggraloka Ubud, Mangku seakan mengingatkan bahwa Bali bukan hanya tempat untuk dibangun, tetapi ruang hidup yang patut dihormati dan dijaga bersama.

Topik Menarik