Keren, Profesor asal Lombok Buat Games Aksara Sasak Baluk Olas
MATARAM Mulai berkurangnya penutur bahasa lokal membuat miris sejumlah pihak. Kondisi ini mendorong warga asli Sasak ingin melestarikan kearifan lokal. Salah satunya dengan masuk melalui kegemaran dan bermain game anak menggunakan aplikasi Aksara Sasak Baluk Olas.
Kalau hasil penelitian global, setiap harinya penutur bahasa lokal itu berkurang, kata Ketua Tim Pengembangan Games Aksara Sasak Baluk Olas Berbasis Aplikasi Prof Muhammad Tajuddin.
Faktor inilah yang membuat terkumpulnya sebuah ide agar bahasa lokal tidak punah. Diinisiasi tiga orang, Prof Muhammad Tajuddin, Ahmat Adil, dan Andy Anas, mereka melakukan Pengembangan Aksara Sasak Baluk Olas (Delapan Belas) berbasis game guna Pelestarian Bahasa Daerah Dalam Mendukung Study From Home (SFH).
Kami melihat anak senang bermain games berbasis aplikasi, jadi kami berpikir membuat aplikasi game yang bahasa digunakan disana aksara sasak, terangnya.
Era modern sekarang menurutnya, ditandai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Apalagi teknologi dalam bidang komunikasi seperti gadget, handphone atau tablet yang berbasis sistem operasi Android. Perkembangan seperti itu sangat membantu manusia dalam mendapatkan informasi maupun untuk kehidupan sehari-hari. Selama dua dekade terakhir, penggunaan teknologi seluler telah berevolusi menjadi satu set perilaku yang telah ada di mana-mana dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk kaum milenal. Dalam beberapa tahun terakhir, permainan sebagai alat pendidikan. Ini terutama karena pemain sadar mereka belajar sambil bermain game.
Permainan game untuk Aksara Sasak Baluk Olas (Depalan Belas) dapat mengajarkan prinsip-prinsip pendidikan, imbuhnya.
Ia pun memaparkan beberapa tahapan pembuatan aplikasi. Ada tahap desain, yaitu tempat permainan smartphone dirancang untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam tahap spesifikasi persyaratan. Desain itu digunakan untuk kode dan pengembangan 11 permainan smartphone. Fase pertama dari tahap desain adalah untuk melakukan penelitian latar belakang terdiri dari mengevaluasi permainan smartphone yang mengajarkan prinsip-prinsip pendidikan.
Selanjutnya ada coding atau tahap pengkodean, yang merupakan tempat permainan smartphone dikodekan dan dikembangkan. Tahap pertama pengkodean adalah menemukan perangkat lunak yang cocok untuk mengembangkan permainan smartphone. Penelitian dilakukan pada beberapa permainan yang berbeda mengembangkan perangkat lunak.
Tentunya bila ini ingin dijadikan metode belajar Bahasa Sasak maka kami akan sinergikan dengan dinas terkait untuk memasukkan ke dalam kurikulum mungkin pendidikan sekolah dasar atau sekolah menengah pertama, tuturnya.
Diharapkan dengan adanya aplikasi game Aksara Sasak Baluk Olas ini bisa menjaga kelestarian bahasa lokal. Sehingga secara tidak langsung anak yang bermain game bisa sekaligus belajar bahasa lokal Aksara Sasak.
Semoga ini bisa menjadi pertimbangan dinas terkait kedepannya untuk pembelajaran Bahasa Sasak, kata dia. (nur/r10)






