MBG Jalan Setengah Tahun, Eks Direktur WHO Soroti Mutu Gizi Makanan
JAKARTA, iNews.id - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sudah berjalan setengah tahun di Juli 2025 ini. Apakah program tersebut berdampak baik bagi penerima manfaat?
Program MBG dilaporkan sudah mencangkup hampir 7 juta penerima manfaat. Artinya, itu melebihi total penduduk Singapura yang berjumlah 5,9 juta orang.
Mantan Direktur Penyakit Menular Badan Kesehatan Dunia (WHO) Prof Tjandra Yoga Aditama mencatat setidaknya ada empat hal yang dapat menjadi bahan evaluasi program MBG ini. Apa saja?
Pertama adalah bagaimana pentingnya melihat program Makan Bergizi Gratis ini sebagai suatu kerangka yang lengkap, yang oleh 'World Food Program' disebut sebagai 'School Nutrition Package Framework'.
"Ada lima kegiatan utama di dalamnya, yaitu makanan bergizi, literasi tentang gizi, suplementasi, aktifitas fisik, dan suasana lingkungan makanan sekolah yang baik," ungkapnya pada iNews.id, Jumat (25/7/2025).
Kemudian, poin berikutnya adalah perlu disadari bahwa kegiatan MBG di Indonesia dan berbagai negara dunia akan punya peran penting dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDG).
Dampaknya setidaknya pada empat tujuan SDG, yaitu Tanpa Kemiskinan, Tanpa Kelaparan, Kehidupan Sehat dan Sejahtera, serta Pendidikan Berkualitas.
Catatan lainnya dari Prof Yoga adalah perlu memastikan dua aspek pokok kesehatan dalam menjalankan program MBG ini, yaitu jaminan mutu gizi makanan dan keamanan pangan.
"Untuk jaminan mutu gizi, maka perlu diperhatikan gizi seimbang sesuai konsep 'Isi Piringku'. Sementara untuk keamanan pangan, semua pengelola MBG harus berpegang teguh pada prinsip keamanan pangan sejak mulai ketersediaan bahan pangan sampai masakan tersaji di depan anak-anak atau konsep 'from farm to plate'," paparnya.
Lalu, menurut Prof Yoga adalah aspek kepemimpinan dan manajemen pengorganisasian jelas punya peran amat penting, setidaknya karena tiga hal.
"Pertama, karena lintas sektor yang terlibat amat luas, di pusat dan di daerah serta di lapangan, yang membutuhkan koordinasi yang mantap. Kedua, karena cakupan program juga sangat luas yaitu sampai puluhan juta penerima manfaatnya, tentu pengelolaannya dapat begitu kompleks," ujarnya.
"Dan ketiga, ini bukan hanya program yang bermanfaat tetapi juga punya nilai mulia, dan karena itu harus dikerjakan dengan pengelolaan manajemen mumpuni serta pengabdian dengan nilai yang luhur," tambah Prof Yoga.









