Ketua PBNU Ungkap Risiko Bahayanya Israel Serang Iran hingga Campur Tangan AS
JAKARTA, iNews.id - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ulil Abshar Abdalla atau akrab disapa Gus Ulil mengungkap risiko bahayanya Israel menyerang Iran. Bahkan, campur tangan Amerika Serikat dalam penyerangan terhadap Iran.
Menurutnya, ketika Israel menyerang Iran, maka negara Iran berpotensi keluar dari perjanjian Nuclear Non-Proliferation Treaty (NPT) atau perjanjian nuklir damai. Hal ini pun berbahaya bagi global.
"Ketika Iran saat ini diserang Israel, salah satu bahayanya adalah potensi Iran keluar dari NPT, perjanjian NPT. Karena dia diserang, kalau Iran keluar NPT, dia bisa menjadi negara yang mengembangkan nuklir tanpa pengawasan Internasional, justru ini berbahaya," ujarnya dalam Rakyat Bersuara di Youtube Official iNews bertema Iran Diserbu AS-Israel, Dunia Diambang Perang? pada Selasa (24/6/2025).
Menurutnya, sebelum bicara soal kemungkinan perluasan konflik militer Israel-Iran menjadi konflik bersifat global, semuanya harus kembali pada dasarnya. Sebab, tindakan Israel menyerang Iran karena Israel khawatir jika Iran memiliki senjata nuklir, maka itu akan membahayakan keamanan Israel.
"Sebelum senjata nuklir ini berhasil dikembangkan oleh Iran, dia harus diserang terlebih dahulu, itulah namanya preemptive strike," tuturnya.
Dia menerangkan, semua harus tahu Israel selama ini belum pernah mengakui secara terbuka dia memiliki senjata nuklir, padahal dia memilikinya. Israel sudah mengembangkan nuklir sejak tahun 1960-an, sejak di era Presiden AS Kennedy, tapi Israel sampai saat ini tak pernah mengaku secara terbuka sebagai negara yang memiliki senjata nuklir.
"Jelas pelanggaran karena di dalam dunia ini ada suatu perjanjian unilateral namanya NPT, The Non-Proliferation Treaty (Perjanjian Nonproliferasi Nuklir). Perjanjian antarnegara untuk membatasi pengembangan nuklir. Itu sudah ada, nah sekarang sampai saat ini tak pernah menjadi party atau pihak yang menandatangi NPT ini," ungkap dia.
Gus Ulil menjabarkan, bahayanya sebuah negara yang tak menandatangani perjanjian NPT itu, dia jadi tak bisa dikontrol. Ada lembaga multilateral bernama IAEA, lembaga itulah yang bertugas menginspeksi semua negara yang mengembangkan program nuklir dan sampai sekarang Israel tak pernah menjadi bagian dari NPT sehingga dia tak bisa diinspeksi.
Dia memaparkan, ketika Iran diserang Israel, salah satu bahayanya adalah potensi Iran keluar dari NPT, meski hingga kini Iran belum menyatakan keluar dari NPT. Namun, saat Iran tak menjadi bagian dari perjanjian NPT, Iran bisa menjadi negara yang mengembangkan nuklir tanpa pengawasan Internasional.
"Jadi ini menurut saya hal basic harus diketahui publik, serangan Israel pada Iran justru membahayakan prospek pengawasan pengembangan nuklir oleh Iran oleh lembaga multilateral bernama IAEA itu. Ini berbahaya sekali," paparnya.
Terlebih, tambahnya, campur tangan AS dalam konflik Israel dengan Iran itu justru berpotensi mengakhiri rezim NPT tersebut. Padahal, NPT satu-satunya lembaga internasional yang bisa mengontrol dan mengawasi pengembangan sebuah negara atas nuklir.
"Campurnya Amerika di dalam konflik ini dengan menyerang Iran berbahaya sekali karena mengakhiri rezim NPT. NPT ini penting karena NPT inilah perjanjian multilateral yang bisa mengontrol sehingga tak semua negara tak kembangkan nuklir," katanya.