Hutan Tertua di Dunia Ditemukan, Pohonnya Rata-rata Berusia Ratusan Tahun

Hutan Tertua di Dunia Ditemukan, Pohonnya Rata-rata Berusia Ratusan Tahun

Teknologi | sindonews | Minggu, 17 Maret 2024 - 15:59
share

Tebing laut tertinggi di Inggris menyimpan harta karun tersembunyi: hutan fosil tertua yang pernah ditemukan di Bumi. Hutan ini, yang dihuni oleh pohon-pohon mirip palem yang disebut Calamophytons, berusia 390 juta tahun.

Penemuan ini menggeser rekor sebelumnya yang dipegang oleh hutan di Negara Bagian New York, yang usianya sekitar tiga atau empat juta tahun lebih muda.

Seperti dilansir dari Science Alert Minggu (17/3/2024), sebelumnya, permukaan batu pasir merah di barat daya Inggris tempat fosil ini ditemukan dianggap "tanpa jejak fosil".

Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa lokasi ini menyimpan gambaran kehidupan yang menakjubkan pada Periode Devonian. Pada masa itu, turunnya permukaan laut menciptakan dua benua besar: Gondwana dan Euramerica.

Hewan dan tumbuhan primitif memanfaatkan lingkungan baru ini dengan cepat. Pohon-pohon pertama yang menghuni benua super ini berbeda dari pohon yang kita kenal sekarang.

Awalnya, mereka tidak memiliki akar, daun, spora, biji, atau sistem pembuluh darah untuk mengangkut air dan nutrisi. Hal ini memaksa mereka untuk tinggal di dekat garis pantai dan sungai.

Pohon Calamophyton yang ditemukan di garis pantai Somerset dekat Minehead telah mengembangkan akar dan jaringan pembuluh darah di batangnya, namun tingginya hanya mencapai dua hingga empat meter, dengan batang tipis dan berlubang.

Sebelumnya, fosil makhluk serupa telah ditemukan di Jerman, New York, dan Cina. Ketika benua super Gondwana ada, Jerman dan bagian Inggris ini terhubung, sehingga wajar jika mereka memiliki vegetasi yang sama.

Dr. Christopher Berry dari Universitas Cardiff, yang terlibat dalam penelitian ini, berkomentar: Ketika saya pertama kali melihat gambar batang pohon, saya langsung tahu apa itu, berdasarkan 30 tahun mempelajari jenis pohon ini di seluruh dunia. Sungguh menakjubkan melihat mereka begitu dekat dengan rumah.

Lebih menarik lagi, beberapa pohon yang menjadi fosil terpelihara di tempat mereka tumbuh atau tumbang. Hal ini memberikan gambaran sekilas kepada para ilmuwan tentang tata letak ekosistem hutan. Berbeda dengan hutan fosil di New York, pepohonan di dataran banjir kuno ini lebih pendek dan tampak tumbuh berdekatan dan rapat.

Penemuan ini memberikan wawasan baru tentang evolusi tumbuhan darat dan bagaimana mereka beradaptasi dengan lingkungan yang berubah. Hutan fosil tertua di dunia ini menjadi bukti luar biasa tentang keanekaragaman hayati di masa lampau.==============================================

Ilmuwan Temukan Makhluk Laut Misterius yang Punya Ribuan Mata

SIDNEY - Chiton, hewan laut kecil bercangkang, memiliki keunikan dibandingkan makhluk lain di dunia hewan. Hewan ini memiliki ribuan mata mungil berbentuk bulat yang tertanam di cangkangnya yang bersegmen.

Mata-mata ini, yang disebut oselus, terbuat dari mineral aragonit dan meskipun kecil dan primitif, dipercaya mampu melihat dengan jelas, membedakan bentuk, dan juga cahaya.

Namun, beberapa spesies chiton memiliki "bintik mata" yang lebih kecil dan berfungsi lebih seperti piksel individu, mirip dengan mata majemuk serangga atau udang mantis. Bintik-bintik mata ini membentuk sensor visual yang terdistribusi di seluruh cangkang chiton.

Sebuah studi baru yang meneliti asal-usul sistem visual chiton yang berbeda ini telah mengungkapkan evolusi yang luar biasa pada hewan penghuni batu ini. Nenek moyang mereka berkembang mata sebanyak empat kali dalam dua cara berbeda, menghasilkan dua jenis sistem visual yang sangat berbeda saat ini.

Penelitian ini menunjukkan bagaimana evolusi menghadirkan berbagai solusi untuk masalah fundamental, seperti bagaimana menggunakan cahaya untuk menghindari predator. Hal ini mirip dengan kepiting dan bentuk tubuh mereka yang berjalan di samping, yang telah berevolusi setidaknya lima kali.

Kami mengetahui bahwa ada dua jenis mata, jadi kami tidak mengharapkan empat asal usul yang independen, kata ahli biologi evolusi dan penulis utama studi tersebut, Rebecca Varney dari Universitas California Santa Barbara seperti dilansir dari Science Alert, Minggu (17/3/2024).

Fakta bahwa chiton mengembangkan mata sebanyak empat kali, dalam dua cara berbeda, sungguh menakjubkan bagi saya.

Para peneliti merekonstruksi sejarah evolusi ini dengan membandingkan fosil dan menganalisis sampel DNA dari spesimen di Museum Sejarah Alam Santa Barbara. Hasilnya menunjukkan bahwa kedua sistem visual tersebut berevolusi dua kali secara berurutan.

Anehnya, kelompok chiton dengan struktur visual serupa bukanlah yang paling dekat hubungannya. Mereka adalah kerabat jauh yang terpisah jutaan tahun.

Spesies dengan celah yang lebih sedikit di cangkangnya cenderung berevolusi dengan mata cangkang yang lebih sedikit dan lebih kompleks.

Chiton dengan lebih banyak celah kemudian mengembangkan bintik mata yang lebih banyak dan lebih sederhana.

Para peneliti menyimpulkan bahwa peran sejarah sifat dalam membentuk hasil evolusi sangat penting untuk memahami bagaimana dan mengapa karakter dapat berevolusi dengan cara yang dapat diprediksi.

Topik Menarik