Prabowo Akan Pidato di PBB Setelah Trump dan Lula, Dino Patti Djalal: Sejarahnya seperti Bung Karno
Presiden Prabowo Subianto akan pidato di Sidang Umum ke-80 PBB di New York, Amerika Serikat (AS) pada September 2025 mendatang. Prabowo akan menyampaikan pidato urutan ketiga setelah Presiden AS Donald Trump dan Presiden Brasil Lula da Silva.
Diplomat senior yang juga Mantan Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal mengatakan bahwa Presiden Prabowo mendapatkan nomor urut untuk pidato ketiga adalah kehormatan yang luar biasa bagi Indonesia.
Baca juga: Jokowi Absen 10 Tahun, Kini Prabowo Bakal Pidato di Sidang Umum PBB
“Pertama gini dulu, pertama konteks bobot diplomatiknya. Jadi, ini belum pernah terjadi nih, Presiden Indonesia bicara nomor 3. Kalau nomor 1 pasti Amerika, nggak bisa dirubah. Nomor 2 pasti Brazil, karena udah deal-nya. Jadi siapa setelah itu, tahu-tahu Indonesia. Ini suatu hal yang luar biasa, kehormatan yang luar biasa,” kata Dino di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (25/8/2025).
Menurut Dino, posisi strategis Indonesia akan membuat pidato Presiden Prabowo menjadi perhatian dunia. Apalagi, Indonesia dinilai memiliki kedekatan dengan negara-negara Barat, merupakan bagian dari Global South, serta menjalin hubungan erat dengan kawasan Timur.“Dan ini mumpung, ini pasti akan diperhatikan oleh utara, selatan, timur, barat. Ini Indonesia mau bicara apa nih? Karena kita dekat dengan barat, kita juga bagian dari global south, dan kita juga dengan timur juga erat. Kita kan kakinya ada di mana-mana,” ujarnya.
Baca juga: Prabowo: Anggaran Kita Besar, Menghilangnya ke Mana?
Dino menambahkan, Presiden Prabowo harus memanfaatkan momentum apalagi di tengah situasi global yang penuh tantangan. Dia mengatakan bahwa rivalitas AS dan China masih menguat, kawasan Indo-Pasifik diguncang dinamika geopolitik.
Kondisi Terkini Pascaerupsi Gunung Semeru, 2 Dusun Terdampak Mulai Dibersihkan dari Material
Sementara multilateralisme dianggap semakin lemah karena sejumlah negara besar menarik diri dari berbagai lembaga internasional.“Jadi apa yang disampaikan Presiden Prabowo nanti akan banyak dilihat orang. Apalagi sekarang ini kan kita lihat antara barat dan BRICS, antara Amerika dan Tiongkok, Indo-Pasifik sekarang lagi banyak guncangan, multilateralisme sedang lemah sekali. Amerika keluar dari berbagai badan multilateral Internasional, itu membuat multilateralisme sangat underperformed,” ujarnya.
Oleh karena itu, Dino berharap Presiden Prabowo dapat memberikan masukan yang konstruktif terhadap komunitas internasional mengenai state of the world. “Apa salahnya? Apa yang sedang perlu diperbaiki? Sakitnya di mana? Kenapa multilateralisme ini sedang sangat lemah sekarang? Dan apa kedepannya nih? The next world order itu seperti apa? Karena sekarang sudah ada konsensus bahwa orde dunia yang lama, the old order itu sudah, sudah out the window. Cuma yang baru ini perlu didefinisikan seperti apa?”
“Nah Indonesia menurut saya perlu memberikan konsep dan masukan mengenai the next world order itu seperti apa? Karena sekarang ini semuanya lagi berpikir ke arah itu, tapi belum ada konsep yang jelas belum ada masukan yang jelas. Sementara kekuatan orde-orde yang sebelumnya itu masih tetap bertahan,” tambahnya.
Selain itu, Dino pun mengatakan bahwa momen Presiden Prabowo kali ini sama dengan ketika Presiden pertama RI Soekarno atau Bung Karno pada Sidang Umum PBB tahun 1960, yang berjudul To Build the World Anew.
“Jadi, saya kira ini konteks sejarahnya menurut saya sama bobotnya dengan pidato Bung Karno dulu tahun 1960. To build the world anew. Cuma sayangnya apa? Pidato bagus, tapi apa yang dicita-citakan tidak tercapai. Karena apa? Waktu itu (Indonesia) negara berkembang masih belum kuat,” kata Dino.Apalagi, kata Dino, negara-negara kekuatan menengah seperti Indonesia, Turki, Korea Selatan, Afrika Selatan, Arab Saudi, dan Brasil dinilai kini memiliki peran penting dalam menentukan arah politik global.
“Sekarang kan beliau (Prabowo) memberikan pidato pada saat di mana middle power itu sedang naik daun sekarang. Sekarang yang mengubah dunia itu adalah negara kekuatan menengah. Indonesia, Turki, Korea, Afrika Selatan, Saudi, Brazil. Termasuk middle power negara-negara barat,” ujarnya.
Oleh karena itu, Dino pun optimistis pidato Presiden Prabowo Prabowo di PBB bisa membawa nilai strategis besar bagi Indonesia. “Jadi saya kira dalam konteks itu, saya kira pidato beliau di PBB nanti akan sangat diperhatikan orang dan mempunyai potensi nilai strategis yang besar,” sebutnya.










