Filipina, Pembeli Beras Terbesar di Dunia Hentikan Impor selama 60 Hari

Filipina, Pembeli Beras Terbesar di Dunia Hentikan Impor selama 60 Hari

Ekonomi | sindonews | Rabu, 6 Agustus 2025 - 17:58
share

Filipina, importir beras terbesar di dunia menangguhkan impor komoditas pangan pokok tersebut selama 60 hari efektif mulai 1 September 2025. Langkah ini diambil Pemerintah Manila untuk memberikan dukungan kepada para petani lokal, namun berpotensi menambah tekanan pada harga beras global seiring dengan penarikan diri pembeli utama dari pasar internasional.

Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. mengeluarkan perintah penangguhan ini dengan tujuan utama melindungi petani yang saat ini menghadapi harga padi yang rendah selama musim panen berlangsung. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Pers Dave Gomez dalam sebuah pernyataan pada Selasa (6/8).

Baca Juga:Kasus Beras Oplosan, 3 Petinggi Food Station Terancam 20 Tahun Penjara

Pengumuman kebijakan ini menyusul dorongan kuat dari Menteri Pertanian Francisco Tiu Laurel Jr. yang sebelumnya telah mengusulkan penghentian sementara impor beras nasional, serta peningkatan tarif impor. Menurut Laurel, arus masuk beras impor yang masif telah merugikan produsen domestik dan bahkan dapat memaksa sejumlah penggilingan padi untuk menghentikan operasionalnya.

Langkah ini menandai perubahan signifikan dari situasi awal tahun 2025, ketika Filipina sempat mengumumkan keadaan darurat keamanan pangan. Kala itu, kenaikan harga beras lokal yang "luar biasa" menjadi pemicu inflasi yang signifikan. Namun, pasokan beras domestik sejak saat itu telah membaik secara substansial, membantu meredakan biaya bahan pangan yang menyumbang sekitar sepersepuluh dari keranjang harga konsumen.Keputusan Manila untuk menghentikan impor akan menambah surplus global yang telah menekan harga beras acuan Asia ke tingkat terendah dalam delapan tahun terakhir. Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) pada Juli lalu memperkirakan bahwa Filipina akan membeli sekitar 5,4 juta ton beras pada musim 2025-2026, melampaui volume pembelian importir utama lainnya seperti Vietnam dan Nigeria.

Sekretaris Asisten Pertanian Filipina, Arnel de Mesa menjelaskan periode penangguhan impor selama 60 hari secara strategis mencakup musim panen puncak negara tersebut, di mana pasokan dalam negeri diperkirakan akan melimpah dan mencukupi kebutuhan domestik. Output padi, yang biasanya ditanam dua kali setahun, telah mencapai 9,08 juta ton pada paruh pertama tahun 2025.

Baca Juga:Impor Beras RI Sepanjang 2024 Naik Jadi 3,85 Juta Ton, Nilainya Tembus Rp37,6 Triliun

Pemerintah Filipina menargetkan untuk memproduksi rekor 20,46 juta ton padi untuk tahun penuh 2025. Angka ini menunjukkan optimisme Manila terhadap kapasitas produksi pertaniannya. Meski demikian, Presiden Marcos Jr. menyatakan bahwa saat ini belum waktunya untuk membahas kenaikan tarif pada beras impor. "Kita masih akan lihat apakah kita perlu sampai ke sana," kata Marcos Jr. seperti dikutip dari The Straits Times dari Bloomberg, Rabu (6/8).

Pemerintah Filipina tahun lalu juga telah mengurangi bea masuk beras menjadi 15 persen dari 35 persen. Kebijakan ini berlaku hingga tahun 2028 dan merupakan upaya untuk mengekang laju inflasi yang sempat melonjak akibat harga beras.

Sebagai dampak dari perbaikan pasokan dan kebijakan pemerintah, harga beras di Filipina tercatat mengalami penurunan sebesar 15,9 persen pada Juli memberikan sedikit kelegaan bagi konsumen di negara tersebut.

Topik Menarik