Gegara Tarif Trump, Tetangga Indonesia Ini Terancam Rugi Rp97 Triliun

Gegara Tarif Trump, Tetangga Indonesia Ini Terancam Rugi Rp97 Triliun

Berita Utama | sindonews | Minggu, 13 Juli 2025 - 16:20
share

Thailand berpotensi menderita kerugian ekspor hingga 200 miliar baht atau sekitar Rp97 triliun) pada 2024 jika Amerika Serikat (AS) memberlakukan tarif baru sebesar 25–36 terhadap produk-produknya. Peringatan ini disampaikan oleh Universitas Kamar Dagang Thailand (UTCC), menyusul rencana AS yang akan mulai efektif pada 1 Agustus 2024.

Presiden UTCC, Thanavath Phonvichai, menyebut masih ada celah bagi Thailand untuk bernegosiasi dengan Pemerintah AS agar tarif bisa ditekan menjadi 20. Namun, ia menegaskan bahwa peluang tercapainya kesepakatan masih belum pasti.

"Jika tarif tetap diberlakukan pada level 25–36, dampaknya akan sangat signifikan bagi perekonomian Thailand," ujar Thanavath, dikutip dari VNA, Minggu (13/7).

Baca Juga:Perang Dagang Makin Sengit, Trump Siapkan Tarif Impor 30 untuk Eropa dan Meksiko

Lebih buruk lagi, kondisi politik dalam negeri Thailand dinilai dapat memperparah tekanan ekonomi. Pembubaran parlemen atau gagalnya pengesahan anggaran stimulus berisiko memangkas pertumbuhan ekonomi hingga 1."Dalam skenario terburuk, pertumbuhan PDB Thailand bisa jatuh di bawah 1, jauh dari proyeksi awal sebesar 1,7," jelas Thanavath.

UTCC juga memproyeksikan, jika tarif tinggi AS berlaku selama satu tahun penuh, kerugian ekspor Thailand bisa membengkak menjadi 400–600 miliar baht.

Di sisi lain, Indeks Kepercayaan Konsumen Thailand terus merosot, mencapai level 52,7 pada Juni 2024, angka terendah dalam 28 bulan terakhir. Penurunan ini mencerminkan pesimisme masyarakat terhadap prospek perekonomian.

Baca Juga:Pertama Kalinya, Pendapatan Bea Cukai AS Tembus Rp1.621 Triliun Imbas Kebijakan Tarif Trump

Thanavath menambahkan, sektor yang paling terancam adalah industri otomotif, elektronik, dan pertanian, yang menjadi tulang punggung ekspor Thailand ke AS. Pemerintah Thailand disebut sedang mengupayakan langkah diplomasi intensif untuk mencegah penerapan tarif tersebut. Namun, analis menilai kebijakan proteksionis AS di bawah kepemimpinan Donald Trump sulit dihindari."Kami berharap ada kompromi, tetapi AS saat ini sangat fokus pada kebijakan 'America First'," ujar seorang diplomat Thailand yang enggan disebutkan namanya.

Jika tarif benar-benar diberlakukan, Thailand diprediksi akan mencari pasar ekspor alternatif, seperti China dan negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia. Namun, langkah ini tidak serta-merta menutup kerugian besar yang mungkin terjadi, mengingat AS adalah salah satu pasar terbesar bagi ekspor Thailand.

Topik Menarik