Syahganda Ingatkan Situasi Panggung Politik Global Tak Bisa Dianggap Main-main
Ketua Dewan Direktur GREAT InstituteSyahganda Nainggolan mengingatkan situasi di panggung politik global tidak bisa dianggap main-main. Tanpa militansi dukungan rakyat semesta, kekuatan Indonesia terlalu kecil saat ini.
"Apalagi di era Jokowi lalu mentalitas rakyat rusak karena daya beli lemah dan praktik korupsi meluas," kata Syahganda dalam diskusi bertema 'Dampak Konflik Israel-Iran terhadap Indonesia: Tantangan, Peluang, dan Strategi dalam Menghadapi Dinamika Global' di Parle, Senayan Park, Kamis (10/7/2025).
Dia juga mengajak peserta diskusi untuk memikirkan sekali lagi keputusan Amerika Serikat melibatkan diri di tengah perang Iran-Israel dengan menjatuhkan bom di tiga situs nuklir Iran.
Baca juga: 2025, Lemhannas Prediksi Persaingan Ekonomi dan Politik Warnai Dinamika Geopolitik Global
“Kalau orang sudah berani ngebom negara lain, memang dia akan berhenti? Ya enggak dong. Dia bukan berhenti, tapi mengintai. Dia tidak takut pada Rusia dan China, tidak,” ujar Syahganda dalam diskusi yang digelar Grup Diskusi Patiunus 75 yang dipimpin Bambang Soesatyo.Intinya, Syahganda menggarisbawahi dirinya belum melihat perhitungan-perhitungan rinci dari kebijakan luar negeri pemerintahan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka yang dirumuskan oleh menteri-menteri bekas pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).
Dia berharap agar diskusi menghasilkan sebuah komunike politik yang meminta Presiden Prabowo melibatkan masyarakat luas dalam perumusan kebijakan luar negeri, dan jangan hanya terpaku pada kelompok menteri yang menurutnya rakus.
Prabowo memang membutuhkan partai-partai politik untuk memenangkan pemilihan presiden. Namun, dalam menjalankan kekuasaan, Prabowo harus melibatkan pertimbangan dari masyarakat luas.
“Menurut saya, tindakan Presiden memilih BRICS sebagai sekutu jangan dianggap sepele. Dia tidak boleh memutuskan sendiri. Maksudnya, dia harus dengar suara aspirasi rakyat dan membangun komando cadangan rakyat militan,” ujar Syahganda.
“Kita perlu buat suatu komunike politik kepada Prabowo agar jangan menjadi presiden yang elitis. Presiden elitis tidak terkoneksi dengan people power. Dalam situasi perang ini sangat berbahaya. Tidak bisa,” sambungnya. Syahganda memaparkan konsekuensi dari pilihan Indonesia bergabung dengan poros Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS). Dia khawatir pilihan politik ini dipengaruhi oleh kelompok menteri yang hanya sekadar ingin mempertahankan kekuasaan yang telah mereka duduki sejak era pemerintahan yang lalu.
“Kalau kita mau serius, dihitung. Amerika itu mengimplan kekuatan intelijen dan militer di Indonesia sudah 30 tahun lebih. Kita berani nggak melawan itu. Orang-orang itu (eks menteri Jokowi) bicara gampang-gampang. Amerika itu anggaran militernya 963 miliar dolar AS. Belum lagi anggaran militer NATO sebesar 1,5 triliun dolar AS. Kekuatan kita apa?” ungkap Syahganda.
Dia mencontohkan salah satu pembicaraannya dengan perwira tinggi TNI aktif di dunia intelijen mengenai konsekuensi dari kemarahan Amerika Serikat atas keputusan politik luar negeri Indonesia. Kepada sang perwira tinggi dia bertanya, kalau Amerika Serikat marah pada Indonesia, bisakah Papua dibantu mereka agar merdeka?
Menjawab pertanyaan itu, sang perwira tinggi ini berkata, “Tidak usah Amerika Serikat, proxy (kaki tangan) CIA saja yang bergerak, Papua bisa merdeka.”
Diskusi tersebut dihadiri sejumlah pembicara yakni Guru Besar Universitas Pertahanan Laksamana TNI (Purn) Prof Dr Marsetio, akademisi Universitas Padjadjaran Dr Dina Sulaeman, dan Wakil Ketua Umum KADIN Pahala Nugraha Manshuri.
Hadir sebagai peserta dalam diskusi itu yakni Bupati Lahat yang juga Ketua Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) Bursah Zarnubi, wartawan senior Nasir Tamara, Staf Khusus Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Abdullah Rasyid, sejumlah pengamat geopolitik seperti Hendrajit, Teguh Santosa, dan Rizal Dharma Putra, aktivis prodemokrasi Said Didu, juga sejumlah mantan duta besar seperti Helmy Fauzi serta tuan rumah Bambang Soesatyo.










