Warga Maroko Diminta Tidak Potong Hewan Kurban saat Iduladha, Ada Apa?

Warga Maroko Diminta Tidak Potong Hewan Kurban saat Iduladha, Ada Apa?

Global | sindonews | Kamis, 5 Juni 2025 - 17:01
share

Untuk pertama kalinya di bawah pemerintahan Raja Mohammed VI, warga Maroko merayakan Iduladha tanpa ritual pengorbanan hewan. Kondisi ini mengikuti arahan kerajaan di tengah kesulitan ekonomi yang semakin dalam dan krisis pertanian.

Iduladha adalah salah satu hari paling suci bagi umat Islam di seluruh dunia, dan Maroko tidak terkecuali.Namun tahun ini, perayaan yang akan dirayakan pada tanggal 7 Juni di negara Afrika Utara tersebut diperkirakan akan terlihat sangat berbeda.

Hari keagamaan tersebut memperingati kesediaan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putranya atas perintah Tuhan.

Umat Islam menandai Iduladha ini dengan menyembelih seekor domba atau hewan lain, berbagi daging di antara keluarga dan menyumbangkan sebagian daging kepada mereka yang kurang beruntung.

Namun, setelah tujuh tahun cuaca kering, kawanan domba Maroko telah berkurang hingga 38, yang telah meningkatkan harga domba secara drastis. Tahun lalu, harga mencapai sekitar USD600 per ekor atau USD7-7,5 per kilo.

Di sisi lain, upah minimum di kerajaan pada tahun 2025 adalah 3.100 dirham per bulan (USD335), yang membuat harga domba menjadi tidak terjangkau bagi banyak orang.

Sebagai tanggapan, Raja Mohammed VI mengumumkan pada bulan Februari melalui surat yang dibacakan menteri urusan Islam bahwa keluarga harus "menjauhkan diri" dari penyembelihan domba tahun ini dan raja akan melaksanakan kurban Iduladha atas nama rakyat.

"Melaksanakannya dalam keadaan sulit ini akan menyebabkan kerugian nyata bagi banyak rakyat kita, terutama mereka yang berpenghasilan terbatas," bunyi surat itu.

Pengumuman seperti itu belum pernah dibuat sejak pemerintahan mendiang Raja Hassan, yang membatalkan kurban Iduladha tiga kali selama pemerintahannya karena alasan yang sama atau setelah Perang Pasir tahun 1963 dengan negara tetangga Aljazair.Raja di Maroko memiliki otoritas tertinggi di negara tersebut. Sebagai Panglima Umat Beriman (dikenal sebagai Amir al-Muminin), ia memiliki keutamaan atas berbagai keputusan termasuk kegiatan keagamaan.

Bantu Pulihkan Ternak Nasional

Mohammed Jadri, ekonom Maroko dan direktur Observatory of Government Action, sebuah organisasi pemantauan swasta, meyakini pembatalan kurban secara umum dapat bermanfaat.

“Kita tahu hari ini bahwa daya beli banyak warga negara telah menurun drastis. Oleh karena itu, membatalkan Iduladha dapat menyelamatkan orang-orang ini dari pengeluaran sumber daya keuangan,” ujar dia kepada Middle East Eye.

“Pembatalan kurban akan meringankan beban mereka yang menderita tahun lalu, di mana ternak mencapai rekor harga yang melebihi USD500 hingga USD600 per ekor,” papar dia.

Petani skala kecil dan pekerja pertanian akan menjadi yang paling terdampak oleh keputusan kerajaan tersebut, menurut ekonom itu.

Dia menjelaskan, “Masyarakat pedesaan sangat bergantung pada musim Iduladha, terutama selama tahun-tahun pertanian yang kering. Bagi banyak orang, Iduladha adalah kesempatan untuk mengganti kerugian dalam pertanian dan produksi tanaman.”

Biasanya, setiap Iduladha, 230.000 ekor ternak disembelih. “Populasi ternak kita diperkirakan tidak akan pulih sepenuhnya sebelum tahun 2027, jadi tidak menyembelih domba tahun ini dapat membantu memulihkan kawanan ternak nasional,” ujar Jadri.

Menanggapi pengumuman raja, pemerintah meluncurkan inisiatif untuk membantu pekerja pertanian.

Menteri Pertanian Ahmed El Bouari mengatakan pada 22 Mei dalam jumpa pers bahwa pemerintah akan mengalokasikan 700 juta dirham (USD76,5 juta) untuk merestrukturisasi sektor tersebut dan membatalkan utang yang dimiliki oleh 50.000 peternak.Peternak skala kecil merupakan 75 dari mereka yang akan mendapat manfaat dari keringanan utang tersebut.

“Ternak betina juga akan didaftarkan dan peternak yang tidak menyembelihnya akan menerima kompensasi sebesar 400 dirham (USD43),” papar El Bouari.

Tidak Ada Tanda-tanda Iduladha

Fatima, yang menjalankan bisnis binatu di Rabat, berbicara tentang beban emosional dan finansial bagi mereka yang tidak mampu membeli domba.

"Ini bukan situasi yang normal bagi Maroko, saya tahu banyak keluarga yang tidak dapat membeli domba tahun ini," papar dia kepada MEE, menggambarkan perasaan itu sebagai sesuatu yang "sangat tidak manusiawi bagi keluarga-keluarga ini".

Baginya, pernyataan raja mengisyaratkan kepemimpinan yang kuat. "Kata-kata raja menunjukkan ia merenungkan masalah di Maroko dan bertindak, ia menunjukkan nilai-nilai Islam sejati dalam praktik dengan meringankan tekanan pada orang-orang dan memikirkan mereka yang kurang beruntung. Ini adalah hal yang indah," ungkap dia.

Biasanya, sebulan atau bahkan lebih menjelang Iduladha, papan-papan besar berjejer di lorong-lorong supermarket yang mengiklankan berbagai kebutuhan untuk perayaan tersebut, termasuk pisau tajam, panggangan, dan tusuk daging untuk barbekyu.

Abdelali, dari provinsi pedesaan Benslimane, menyoroti pengurangan yang signifikan dalam pemasaran dan peralatan terkait Iduladha menjelang acara tahun ini.

"Saya sedang berada di jaringan supermarket Marjane sekarang. Peralatan Iduladha hampir tidak dipajang, ruangnya sangat terbatas dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dan pemasarannya sangat rahasia, jika tidak bisa dikatakan tidak ada," papar dia kepada MEE.

Dia menambahkan, “Jika Anda tidak tahu lebih baik, Anda tidak akan mengira Iduladha sudah dekat.”Menurut Abdelali, “Menentang keinginan raja untuk tidak melakukan kurban Iduladha akan menyebabkan kemarahan yang lebih besar di kalangan masyarakat."

“Doa-doa akan tetap dilakukan, keluarga-keluarga akan tetap bersatu, hanya bilahnya yang akan tetap bersih,” papar dia.

Menyoroti Ketidaksetaraan

Meskipun banyak warga Maroko tampaknya menganggap keputusan raja sebagai tindakan yang bijaksana, di negara yang jarang mengkritik raja di depan publik, orang-orang lain yang memiliki cukup uang telah menemukan cara menyiasati keputusan tersebut.

Rumah pemotongan hewan di Casablanca dan kota-kota besar lainnya telah kewalahan selama beberapa hari.

Peternak dan perantara domba dilaporkan menggunakan rumah pemotongan hewan yang disetujui secara resmi untuk menghindari pembatasan yang diberlakukan pada pasar mingguan tempat mereka berencana menjual hewan mereka.

Sebagai konsekuensinya, beberapa pembatasan telah diberlakukan, seperti peningkatan pengawasan terhadap pasar penjualan domba, tetapi tidak ada larangan penuh dari istana yang telah dikeluarkan.

Ahmed, dari wilayah selatan Souss-Massa, mengatakan kepada MEE bahwa keluarganya berhasil membeli dua domba tahun ini.

Pada hari raya Iduladha yang biasa, membeli seekor domba memberikan keluarga rasa bangga. Membanggakan ukuran domba atau berpose untuk difoto dengan domba untuk posting di media sosial adalah hal yang biasa. Namun tahun ini, ada perubahan.Ahmed mengatakan keluarganya akan merayakan Iduladha dengan tenang dan tidak akan berbagi foto.

“Iduladha tahun ini terasa rumit karena kami tahu orang lain tidak dapat merayakannya, itu membuat saya merasa canggung,” ujar dia.

“Kami akan memastikan mengundang siapa pun yang tidak memiliki domba dari komunitas kami ke rumah kami untuk memanggang. Kami akan mempraktikkan ajaran bahwa berbagi itu baik, dan menyumbangkan sepertiga daging untuk amal dan sepertiga untuk teman-teman,” ungkap dia.

Iduladha kali ini semakin menyoroti ketimpangan distribusi kekayaan di Maroko.

Indeks Komitmen untuk Mengurangi Ketimpangan (CRI) 2024 oleh Oxfam menempatkan negara itu sebagai negara terburuk kedua di Afrika Utara dengan skor 73, tepat setelah Mesir dengan skor 90.

“Maroko menderita kesenjangan regional yang signifikan, serta distribusi kekayaan yang tidak merata,” jelas ekonom Jadri, seraya mencatat kontras yang mencolok antara daerah perkotaan dan pedesaan.

Dia menjelaskan, “Pemerintah harus bekerja keras untuk mendukung petani dan dunia pedesaan. Jika mereka tidak didukung, populasi ini akan melakukan migrasi.”

Baca juga: Kim Jong-un Janji Korea Utara Dukung Rusia Tanpa Syarat Terkait Ukraina

Topik Menarik