7 Fakta Jenderal Rudini, Pernah Ditolak Ketika Mendaftar Penerbang TNI AU

7 Fakta Jenderal Rudini, Pernah Ditolak Ketika Mendaftar Penerbang TNI AU

Nasional | sindonews | Sabtu, 24 Mei 2025 - 08:34
share

Jenderal Rudini merupakan salah satu tokoh militer yang sempat menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD). Padahal pada saat itu sosoknya tidak muncul dalam kandidat kuat perwira tinggi (Pati) TNI yang bakal dicalonkan menjadi KSAD.

Jenderal Rudini lahir pada 15 Desember 1929, di Malang, Jawa Timur. Sosoknya yang cukup dihormati ini membuat namanya dijadikan sebagai nama balairung di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat.

Tidak hanya itu, namanya beserta istri juga digunakan sebagai nama organisasi Gerakan Pramuka di IPDN (Gugus Depan Racana Rudini-Oddyana.

Terlepas dari beberapa fakta di atas, berikut beberapa fakta menarik dari Jenderal Rudini.

7 Fakta Jenderal Rudini

1. Latar Belakang Keluarga

Rudini merupakan anak ketiga dari sepuluh anak pasangan Raden Ismangoen Poespohandojo dan Raden Ajoe Koesbandijah. Ayahnya, Ismangoen Poespohandojo bekerja sebagai pegawai di Dinas Pekerjaan Umum.

Rudini memiliki dua kakak kandung yang bernama Efendi dan Eriati Suprapto dan tujuh adik kandung yang bernama Ruliati Rahmat, Rubiani Daryono Kertosastro, Hariani Lukman, Ruswati Dahlan, Juliani, Bommi Harsono, dan Subandrio

2. Latar Belakang Pendidikan

Rudini menempuh pendidikan dasarnya di HIS (Hollandsch-Inlandsche School) di Mojokerto. Karena kondisi kesehatan yang memburuk, ia sempat berpindah sekolah ke HIS Malang supaya dekat dengan kedua orang tua.

Setelah menamatkan pendidikan dasarnya, Rudini meneruskan pendidikannya di sebuah SMP (Sekolah Menengah Pertama) di Celaket.

Selama menempuh pendidikan menengahnya, ia diwajibkan oleh pemerintah Jepang untuk menempuh pendidikan wajib militer sebagai bagian dari kurikulum.

Tidak seperti pemuda lainnya yang berjuang pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia, Rudini diharuskan oleh orangtuanya untuk meneruskan pendidikannya ke pendidikan menengah ke atas. Ia menempuh pendidikan di SMA Katolik Santo Albertus Malang dan lulus pada tahun 1950.

3. Pernah Ditolak Ketika Mendaftar Jadi TNI AU

Setelah lulus dari SMA, orangtua Rudini menginginkannya menjadi dokter, namun ia bertekad untuk mendaftar menjadi tentara. Rudini sempat mencoba mendaftar sebagai penerbang di TNI-AU, tetapi ditolak karena tinggi badannya yang tidak memenuhi syarat.

Setahun kemudian, pada bulan Agustus 1951, Rudini mendengar kabar bahwa TNI Angkatan Darat membuka kesempatan untuk mengikuti pendidikan di Akademi Militer Kerajaan (Koninklijke Militaire Academie, KMA) di Breda.

Rudini mengikuti pendaftaran dan dinyatakan lulus tes pendaftaran bersama dengan 29 orang lainnya.

4. Pendidikan Militer ke Belanda

Setelah lulus pendaftaran, Rudini dan teman-temannya diberangkatkan ke Belanda pada bulan Oktober 1951. Di tempat itu, Rudini dan kawan-kawan yang diterima melalui jalur TNI-AD bergabung dengan siswa Indonesia yang sudah disana terlebih dahulu sehingga jumlah mereka menjadi 36 siswa.

Rudini akhirnya lulus dari KMA Breda pada tahun 1955. Ia kembali ke Jakarta beberapa saat kemudian, dan dilantik sebagai perwira TNI-AD oleh KSAD Abdul Haris Nasution.

5. Riwayat Penugasan di TNI AD

Selama bertugas di militer, Rudini sempat dipercaya untuk menjadi instruktur di Akademi Militer Nasional (AMN) Magelang.

Dirinya juga sempat bertugas melakukan pembersihan internal terhadap pengikut-pengikut PKI yang masih berada di dalam struktur batalyon 401/Banteng Raiders.

Setelah tiga tahun menjabat sebagai Komandan Batalyon 401/Banteng Raiders, Rudini dinaikkan pangkatnya menjadi letnan kolonel. Setahun kemudian, pada tahun 1970, Rudini dijadikan Kepala Staf Brigade Infanteri Linud 18/Kostrad.

6. Karir Moncer Hingga Jadi KSAD

Sebelum Rudini diangkat menjadi KSAD, sempat ada tiga kandidat yang diusung. Di mana salah satunya adalah Himawan Soesanto.

Bahkan banyak yang menyebut jika Himawan adalah kandidat kuat, mengingat pria asal Jawa Timur itu sempat berhasil menumpas kekuatan pemberontak Andi Selle di Pinrang.

Namun, kenyataannya, tidak satu pun dari ketiga jenderal tersebut yang akhirnya terpilih sebagai KSAD.

Justru, sosok yang dipilih adalah seorang jenderal yang lebih muda dari mereka dan menempuh pendidikan militer di Breda, Belanda, yakni Rudini.

7. Pernah Jadi Ketua KPU

Setelah pensiun dari dunia militer, Rudini sempat mengisi beberapa posisi strategis pemerintahan. Dimana ia sempat menjabat sebagai Kementerian Dalam Negeri Indonesia kabinet Pembangunan V dari 21 Maret 1988 sampai 17 Maret 1993.

Rudini juga pernah juga menjabat sebagai penyelenggara Pemilihan Umum (Pemilu) Indonesia pada 7 Juni 1999.

Ia menjadi pemimpin 52 orang anggota KPU yang bertanggung jawab menyelenggarakan pemilihan umum dengan kontestan multipartai (48 partai politik dengan beragam asas dan kepentingan) pertama setelah 44 tahun.

Topik Menarik