Utang AS dalam Bahaya, Aksi 'Jual Amerika' Guncang Pasar Keuangan
Pasar keuangan Amerika Serikat (AS) kembali terguncang setelah lembaga pemeringkat internasional Moody’s menurunkan peringkat utang negeri Paman Sam dari level tertinggi AAA. Langkah ini menambah kekhawatiran investor global terhadap kelayakan fiskal Amerika dan memicu kembali aksi yang dikenal sebagai "Jual Amerika".
Penurunan peringkat diumumkan pada Jumat (16/5) malam waktu setempat. Dalam keterangannya, Moody’s mengutip beban utang yang terus membengkak serta kebuntuan politik di Washington sebagai alasan utama. Ini merupakan kali pertama sejak 1917 AS kehilangan status utang terbaiknya dari ketiga lembaga pemeringkat utama.
Tak lama setelah pengumuman tersebut, respons pasar langsung terasa. Para investor melepas obligasi pemerintah AS, menyebabkan imbal hasil obligasi 10 tahun naik mendekati 4,5, dan imbal hasil 30 tahun nyaris menembus 5. Di sisi lain, harga emas melonjak 1,5 menjadi USD3.232 per troy ons, mencerminkan kekhawatiran pasar atas stabilitas ekonomi AS.
Dilansir dari CNN, indeks saham utama Wall Street sempat tergelincir sebelum akhirnya ditutup menguat tipis pada Senin (19/5). Dow Jones Industrial Average naik 137 poin atau 0,3. S&P 500 naik 0,09, sedangkan Nasdaq yang berbasis saham teknologi naik 0,02.
Namun, penguatan indeks tersebut belum cukup menenangkan kekhawatiran investor. Nilai tukar dolar AS justru melemah terhadap sekeranjang mata uang utama dunia, dengan penurunan mencapai 0,6. Aksi pelarian modal ke aset aman kembali terlihat jelas di tengah ketidakpastian fiskal AS.
Penurunan peringkat utang ini juga membangkitkan kembali kekhawatiran akan potensi krisis utang jangka panjang. Menteri Keuangan AS Scott Bessent berupaya menenangkan pasar dengan menyebut bahwa penilaian Moody’s didasarkan pada data yang sudah ketinggalan zaman. Ia menyebut ekonomi AS masih kuat dan kebijakan fiskal pemerintah tetap dalam jalur yang mendukung pertumbuhan.
Komentar Bessent tersebut mencerminkan respons serupa yang pernah disampaikan oleh mantan Menteri Keuangan Janet Yellen saat Fitch Ratings menurunkan peringkat utang AS pada 2023. Menurut Bessent, kebijakan pemotongan pajak yang diusulkan oleh Presiden Donald Trump justru akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan secara bertahap menurunkan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB).
Namun demikian, data resmi menunjukkan bahwa rasio utang AS terhadap PDB telah melonjak signifikan. Pada kuartal II-2011, rasio ini tercatat 92 saat S&P pertama kali menurunkan peringkat utang AS. Kini, rasio tersebut mencapai 123 menurut Departemen Keuangan AS.
Ketegangan fiskal dan ketidakpastian politik di Washington terus menjadi perhatian investor global. Upaya kompromi antara Partai Republik dan Demokrat terkait defisit anggaran dan plafon utang kerap menemui jalan buntu, memicu ketidakpastian pasar secara berkala.
Aksi "Jual Amerika" pun kembali mencuat. Istilah ini merujuk pada tren pelepasan aset-aset berbasis dolar AS oleh investor global akibat ketidakpastian kebijakan ekonomi AS. Tren serupa juga sempat muncul pada awal masa pemerintahan Trump, ketika kebijakan pajak dan proteksionisme dagang membuat pasar volatil.
Ini Alasan Indomaret dan Alfamart Selalu Berdekatan, Pemiliknya Punya Harta Rp278,8 Triliun
Sementara, analis memperkirakan volatilitas pasar keuangan AS masih akan berlanjut hingga ada kepastian arah kebijakan fiskal dan keberlanjutan utang. Langkah The Federal Reserve dalam menetapkan suku bunga juga akan turut menentukan arah pergerakan pasar dalam beberapa bulan ke depan.
Pasar akan mencermati sejauh mana pemerintah AS mampu menjaga kredibilitas fiskalnya. Tanpa upaya nyata untuk mengendalikan defisit dan utang, risiko kehilangan kepercayaan dari investor dapat terus membayangi ekonomi terbesar di dunia tersebut.