Gelombang Panas Melanda ASEAN, BMKG: Tertinggi dalam 170 Tahun Terakhir

Gelombang Panas Melanda ASEAN, BMKG: Tertinggi dalam 170 Tahun Terakhir

Nasional | sindonews | Senin, 6 Mei 2024 - 10:18
share

Gelombang panas atau heat wave melanda sejumlah wilayah di Asia termasuk ASEAN. Bahkan, tercatat suhu maksimum di negara Kamboja mencapai level tertinggi dalam 170 tahun terakhir yakni dengan 43 derajat celcius.

Meski gelombang panas telah melanda sejumlah negara di ASEAN, namun Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memastikan gelombang panas tidak melanda Indonesia.

Dwikorita menegaskan cuaca panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini bukanlah akibat gelombang panas atau heat wave. Berdasarkan karakteristik dan indikator statistik pengamatan suhu yang dilakukan BMKG, kata dia, fenomena cuaca panas tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas.

Baca juga: BMKG Sebut Tiga Faktor Ini Jadi Penyebab Gelombang Panas Melanda Asia

"Memang betul, saat ini gelombang panas sedang melanda berbagai negara Asia, seperti Thailand dengan suhu maksimum mencapai 52 derajat celcius. Kamboja, dengan suhu udara mencapai level tertinggi dalam 170 tahun terakhir, yaitu 43 derajat celcius pada minggu ini. Namun, khusus di Indonesia yang terjadi bukanlah gelombang panas, melainkan suhu panas seperti pada umumnya," ungkap Dwikorita di Jakarta, Senin (6/5/2024).

Dwikorita menerangkan, kondisi maritim di sekitar Indonesia dengan laut yang hangat dan topografi pegunungan mengakibatkan naiknya gerakan udara. Sehingga dimungkinkan terjadinya penyanggaan atau buffer kenaikan temperatur secara ekstrem dengan terjadi banyak hujan yang mendinginkan permukaan secara periodik. Hal inilah yang menyebabkan tidak terjadinya gelombang panas di wilayah Kepulauan Indonesia.

Baca juga: Suhu Udara di Indonesia Terasa Gerah, BMKG: Akibat Peralihan Musim Hujan ke Kemarau

Suhu panas yang terjadi, kata Dwikorita, adalah akibat dari pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan. Sama halnya dengan kondisi gerah yang dirasakan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini, tambah dia, hal tersebut juga merupakan sesuatu yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau, sebagai kombinasi dampak pemanasan permukaan dan kelembaban yang masih relatif tinggi pada periode peralihan ini.

"Periode peralihan ini umumnya dicirikan dengan kondisi pagi hari yang cerah, siang hari yang terik dengan pertumbuhan awan yang pesat diiringi peningkatan suhu udara, kemudian terjadi hujan pada siang menjelang sore hari atau sore menjelang malam hari," paparnya.

Sedangkan pada malam hari, kondisi gerah serupa juga dapat terasa jika langit masih tertutup awan dengan suhu udara serta kelembaban udara yang relatif tinggi. Selanjutnya, udara berangsur-angsur dirasakan mendingin kembali jika hujan sudah mulai turun.

Deputi Bidang Klimatologi, Ardhasena Sopaheluwakan menyampaikan suhu udara maksimum tertinggi di Indonesia selama sepekan terakhir tercatat terjadi di Palu 37,8 derajat celcius pada 23 April lalu.

Suhu udara maksimum di atas 36,5 derajat celcius juga tercatat di beberapa wilayah lain, yaitu pada 21 April di Medan, Sumatera utara yang mencapai 37,0 derajat celcius, dan di Saumlaki, Maluku mencapai suhu maksimum sebesar 37.8 derajat celcius, serta pada 23 April di Palu, Sulawesi Tengah mencapai 36,8 derajat celcius.

Berdasarkan hasil pantauan jaringan pengamatan BMKG, kata Ardhasena, hingga awal Mei 2024 menunjukkan baru 8 wilayah Indonesia (56 Zona Musim atau ZOM) telah memasuki musim kemarau.

Wilayah yang telah memasuki periodemusim kemarau tersebut meliputi sebagian Aceh, sebagian Sumatera Utara, Riau bagian utara, sekitar Pangandaran Jawa Barat, sebagian Sulawesi Tengah dan sebagian Maluku Utara.

Pada periode hingga satu bulan ke depan, terdapat beberapa wilayah yang akan memasuki musim kemarau seperti sebagian Nusa Tenggara, sebagian Pulau Jawa, sebagian Pulau Sumatera, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Maluku, serta Papua bagian timur dan selatan. "Meskipun demikian, sekitar 76 wilayah Indonesia lainnya (530 ZOM) masih berada pada periode musim hujan," pungkasnya.

Topik Menarik