Gebrakan Polytron di Jagat Mobil Listrik: Investasi Spesial di Pabrik Sewaan, Langkah Cerdik atau Setengah Hati?

Gebrakan Polytron di Jagat Mobil Listrik: Investasi Spesial di Pabrik Sewaan, Langkah Cerdik atau Setengah Hati?

Otomotif | sindonews | Jum'at, 18 Juli 2025 - 13:16
share

Sang raksasa elektronik lokal, Polytron, akhirnya secara resmi menekan tombol "start" untuk produksi massal mobil listriknya, Polytron G3+ dan G3. Ini adalah gebrakan signifikan dari merek kebanggaan Indonesia yang selama ini dikenal sebagai raja audio dan televisi.

Namun, di balik gegap gempita peresmian produksi di Purwakarta ini, ada satu fakta strategis yang menarik sekaligus kritis: alih-alih membangun pabrik megah sendiri dari nol, Polytron memilih untuk "menumpang" di fasilitas manufaktur kontrak PT Handal Indonesia Motor (HIM). Sebuah strategi yang sangat identik dengan banyak merek mobil pendatang baru asal China.

Langkah ini sontak memicu perdebatan. Apakah ini sebuah manuver bisnis yang cerdik untuk menekan risiko dan mempercepat penetrasi pasar? Atau sebuah langkah "setengah hati" dari sebuah brand raksasa yang seolah enggan bertaruh sepenuhnya dengan membangun fasilitas produksi miliknya sendiri?

Berbeda di Jalur yang Sama: Klaim Kualitas Polytron

Polytron sadar betul akan persepsi ini. Karena itu, mereka berusaha keras untuk membuktikan bahwa meski "berbagi atap" dengan merek lain, proses mereka berbeda dan jauh lebih serius. Perusahaan mengklaim telah menanamkan investasi khusus yang tidak dilakukan oleh produsen lain di fasilitas yang sama.

Beberapa di antaranya adalah: 1. Satu-satunya dengan Dyno Test: Polytron mengklaim sebagai satu-satunya produsen di pabrik Handal yang berinvestasi pada mesin Dyno Test canggih untuk menguji performa mobil berpenggerak roda depan (FWD), belakang (RWD), hingga semua roda (AWD).

2. Tes Keamanan Berlapis: Mereka menerapkan empat titik pengujian keamanan kelistrikan—jumlah terbanyak di fasilitas tersebut—yang dilakukan secara berlapis di sepanjang lini produksi hingga sebelum mobil dikirim ke konsumen.3. Kalibrasi Canggih: Investasi pada ADAS Calibration Equipment yang sudah full automatic untuk memastikan fitur keselamatan modern berfungsi akurat dan lebih cepat dalam prosesnya.

"Seluruh proses ketat ini menunjukkan komitmen penuh Polytron terhadap standar keamanan, kualitas produksi, dan kepuasan pelanggan," ujar Chief Executive Officer Polytron, Hariono. Ia menegaskan ini adalah cara mereka untuk membuktikan keseriusan, bahkan tanpa memiliki gedung pabrik sendiri.

Pragmatisme Bisnis vs. Kebanggaan Nasional

Secara bisnis, strategi Polytron sangat masuk akal. Membangun pabrik mobil membutuhkan investasi triliunan Rupiah dan waktu bertahun-tahun. Dengan menumpang di fasilitas Handal, Polytron bisa memangkas biaya dan waktu secara drastis, memungkinkan mereka untuk lebih cepat bertarung di pasar mobil listrik yang sudah sesak. Kapasitas produksi yang bisa mencapai 30.000 unit per tahun pun sudah lebih dari cukup untuk tahap awal.

Namun dari sisi kebanggaan nasional, langkah ini bisa terasa kurang menggigit. Publik berharap sebuah ikon industri seperti Polytron akan membuat sebuah pernyataan besar—membangun pabrik otomotif sendiri yang menjadi simbol kebangkitan industri lokal. Pilihan untuk menggunakan pabrik kontrak menempatkan mereka di level strategi yang sama dengan merek-merek baru, bukan sebagai raksasa industri yang turun gunung.

Menyerang Pasar dengan Skema "Worry-Free"

Sadar akan pertaruhan ini, Polytron menyerang pasar dengan skema penjualan yang sangat agresif dan dirancang untuk meredam keraguan konsumen. Dengan booking fee hanya Rp5 juta, mereka menawarkan dua pilihan:Beli Penuh (Buy to Own): Pembelian unit lengkap dengan baterai, disertai garansi baterai super panjang 8 tahun atau 180.000 km dan jaminan harga jual kembali (resale value) sebesar 70 dalam 3 tahun. Jaminan ini adalah senjata pamungkas untuk melawan ketakutan terbesar pembeli mobil baru.

Sewa Baterai (BaaS): Beli mobilnya saja dengan harga lebih murah, lalu sewa baterainya per bulan. Keuntungannya, konsumen mendapat garansi baterai seumur hidup selama masa sewa aktif.

"Dengan dimulainya produksi di Purwakarta ini, Polytron mempertegas keseriusannya membangun ekosistem kendaraan listrik nasional," tutup Hariono.

Debut perdana mobil listrik Polytron G3+ dan G3 ini akan terjadi di panggung akbar GIIAS 2025. Di sanalah publik akan menilai, apakah gebrakan Polytron dengan strategi "jalan pintas" ini cukup meyakinkan untuk menantang para raksasa otomotif dunia yang sudah lebih dulu hadir dengan pabrik-pabrik mereka sendiri. Pertaruhan sang raja elektronik barusajadimulai.

Topik Menarik