Horor di Jalan Raya: KNKT Bongkar Dosa Sopir Truk, dari Tak Punya SIM hingga Microsleep Jadi Pemicu Maut

Horor di Jalan Raya: KNKT Bongkar Dosa Sopir Truk, dari Tak Punya SIM hingga Microsleep Jadi Pemicu Maut

Otomotif | sindonews | Sabtu, 7 Juni 2025 - 20:30
share

Di balik setiap tragedi kecelakaan maut yang melibatkan truk atau bus di jalanan Indonesia, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap sebuah fakta mengerikan yang terus berulang: sang pengemudi tidak kompeten.

Ini bukan lagi soal nasib sial, melainkan sebuah kegagalan sistemik di mana nyawa ribuan pengguna jalan dipertaruhkan setiap hari di tangan para sopir yang tak menguasai kendaraannya.

Temuan KNKT menelanjangi borok ini dengan gamblang. Banyak dari pengemudi yang terlibat kecelakaan fatal bahkan tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) yang sesuai dengan jenis kendaraan raksasa yang mereka kemudikan. Sebuah kenyataan pahit yang menunjukkan betapa lemahnya pengawasan di lapangan.

Ahmad Wildan, Plt Ketua Subkomite Lalu Lintas Angkutan Jalan KNKT, memaparkan akar masalahnya dengan tegas. "Kecelakaan lalu lintas di jalan hanya dapat terjadi karena tiga keadaan, yaitu pengemudi tidak dapat mengendalikan kendaraannya, pengemudi tidak dapat mengenali jalan dan lingkungannya, dan pengemudi tidak dapat memahami gerakan pengguna jalan lainnya," kata Wildan dalam keterangan resminya.

Mitos 'Rem Blong' dan Ketidaktahuan yang Mematikan

Salah satu kambing hitam yang paling sering disebut dalam kecelakaan truk adalah "rem blong". Namun, KNKT menemukan bahwa dalam banyak kasus, ini bukanlah kegagalan mekanis murni, melainkan akibat langsung dari ketidaktahuan pengemudi.Kebiasaan menginjak pedal rem secara terus-menerus saat melewati turunan panjang menjadi pemicu utama. Hal ini membuat komponen pengereman menjadi sangat panas (overheat) dan akhirnya kehilangan fungsinya. Tekanan angin pada sistem rem juga bisa menurun drastis, membuat rem tak lagi menggigit.

"Pada saat akan memasuki jalan menurun panjang, gunakan gigi rendah. Penggunaan gigi rendah akan menghindari penggunaan rem pedal secara berulang-ulang. Risiko rem blong berkurang," ujar Wildan. "Apapun yang terjadi jangan memindahkan gigi. Memindahkan gigi di jalan menanjak atau menurun berisiko masuk ke gigi netral," tegasnya, menyoroti prosedur dasar yang sering diabaikan.

Bom Waktu Kelelahan: Bekerja Lebih dari 12 Jam

Selain masalah teknis penguasaan kendaraan, ada bom waktu lain yang siap meledak kapan saja: kelelahan ekstrem. Temuan KNKT mengungkapkan bahwa banyak pengemudi yang dipaksa atau terbiasa bekerja lebih dari 12 jam sehari.

Kondisi ini membuat mereka sangat rentan mengalami microsleep—tertidur selama beberapa detik saat kendaraan melaju kencang. Dalam hitungan detik yang hilang itu, sebuah truk bermuatan puluhan ton bisa berubah menjadi proyektil maut yang tak terkendali.

Kini, pertanyaan yang lebih besar harus diajukan kepada para pemangku kepentingan, mulai dari perusahaan otobus/truk hingga regulator. Mengapa pengemudi tanpa kualifikasi yang layak bisa dengan mudah mendapatkan kunci kontak? Sejauh mana pengawasan terhadap jam kerja pengemudi benar-benarditerapkan?

Topik Menarik