Dari Puncak Kejayaan Hingga Jurang Kebangkrutan, Nissan Jual Kantor Pusat di Yokohama
Kisah kejayaan dan kejatuhan di dunia otomotif kembali terukir, kali ini dari markas besar Nissan. Di tengah badai finansial yang tak berkesudahan, Nissan dikabarkan bersiap untuk menjual kantor pusatnya di Yokohama. Sebuah langkah putus asa yang tak hanya menjadi sinyal krisis, melainkan juga simbol akhir tragis warisan Carlos Ghosn yang kini hancur berantakan.
Masih ingatkah Anda pada Carlos Ghosn? Bagi sebagian kalangan, arsitek Aliansi Renault-Nissan (dan kemudian Renault-Nissan-Mitsubishi) ini adalah legenda otomotif. Namun, mungkin Anda justru lebih mengingatnya sebagai eksekutif yang ditangkap di Tokyo, dilarang meninggalkan negara, dan didakwa dengan berbagai tuduhan pelanggaran. Pelariannya yang dramatis dan kepulangannya ke Lebanon, tanah leluhurnya, adalah kisah yang layak diangkat ke layar lebar.
Perusahaan ini secara resmi memasuki wilayah keputusasaan. Automotive News, mengutip Nikkei dan sumber lain, melaporkan bahwa kantor pusat mereka di Yokohama — "rumah yang dibangun oleh Carlos Ghosn" — bisa jadi akan dijual.
Nissan Mencari 'Penyewa' dan 'Jalan Penyelamat': Harga Fantastis yang Tak Cukup Menolong!
Menara yang dibuka langsung oleh Ghosn pada 2009 ini, dilaporkan bernilai USD670 juta (sekitar Rp10,72 triliun). Jika Nissan berhasil menemukan pembeli, perusahaan berencana untuk menyewa kembali ruang kantor agar dapat terus beroperasi di gedung tersebut. Secara jujur, ketika melihat berapa nilai kantor pusat tersebut, terasa cukup rendah untuk sebuah bangunan berusia 16 tahun di kota terbesar kedua di Jepang.Terlepas dari itu, uang USD670 juta jelas tidak akan menyelamatkan seluruh bisnis Nissan. Perusahaan ini merugi USD4,5 miliar (sekitar Rp72 triliun) tahun lalu dan harus melakukan refinancing utang lebih dari USD5 miliar (sekitar Rp80 triliun) pada tahun 2026.
CEO Ivan Espinosa, yang mengambil alih jabatan puncak di pabrikan mobil ini bulan lalu, kini mewarisi pekerjaan berat. Penjualan global Nissan telah anjlok drastis sejak pandemi. Tujuan utamanya sekarang adalah merampingkan perusahaan melalui PHK dan penutupan pabrik, menghilangkan kapasitas produksi berlebih, dan menargetkan penjualan tahunan antara 2-3 juta kendaraan. Ia juga harus menghadapi situasi tarif yang tidak terduga, yang mengikis fleksibilitas global yang dulunya menjadi kekuatan Nissan.
Terlambat Sudah? Rencana 'Re:Nissan' dan Masa Depan yang Kelam
Rencana Espinosa, yang dijuluki "Re:Nissan," menggabungkan penjualan aset besar-besaran dengan pemangkasan karyawan.Baca Juga: Praga Bohema Supercar Berjantung Pacu Nissan GT-R Nissan sangat membutuhkan merger dengan Honda. Sepuluh tahun ke depan dalam industri otomotif kemungkinan besar akan menjadi kejam dan kacau, dengan para produsen mobil yang menyeret neraca keuangan yang tertekan harus membuat pilihan yang nyaris eksistensial tentang bagaimana bertahan hidup. Menjual kantor pusat mungkin tidak terhindarkan bagi Nissan, begitu pula langkah-langkah Espinosa lainnya. Namun, ini juga merupakan tanda bahwa keputusan yang jauh lebih sulit mungkin menantididepan.


