Kenapa Mobil Google Maps Selalu Pakai HRV?
JAKARTA - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi belakangan menjadi sorotan usai meluncurkan program yang mengirimkan siswa bermasalah ke barak militer selama enam bulan.
Usut punya usut, program ini bukan gimik atau wacana semata. Program ini ternyata resmi dimulai pada 2 Mei 2025, dengan angkatan pertama terdiri dari 40 siswa yang menjalani pendidikan di Resimen Armed 1/Sthira Yudha Kostrad, Purwakarta.
Momen tersebut bahkan direkam dan dibagikan langsung oleh Dedi Mulyadi melalui postingan di akun Instagramnya.
Berikut adalah daftar fakta terkini mengenai program pembinaan siswa bermasalah di barak militer yang diluncurkan Dedi Mulyadi, pada Mei 2025, dirangkum Okezone dari berbagai sumber, Jumat (2/5/2025).
1. Program Dimulai pada 2 Mei 2025
Gubernur Dedi Mulyadi resmi meluncurkan program pembinaan karakter bagi siswa bermasalah dengan menempatkan mereka di barak militer atau kepolisian selama enam bulan. Program ini dimulai di wilayah-wilayah rawan di Jawa Barat dan bekerja sama dengan TNI serta Polri.
Program ini merupakan upaya inovatif dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk menangani permasalahan kenakalan remaja melalui pendekatan pembinaan karakter yang terstruktur.
2. Tujuan Program
Program ini bertujuan untuk membentuk karakter dan kedisiplinan siswa yang terlibat dalam perilaku menyimpang atau kenakalan remaja.
Mulai dari Tawuran, Keterlibatan dalam geng motor, Kecanduan gim daring (misalnya Mobile Legends), Kebiasaan bolos sekolah, Kecanduan minuman keras hingga anak-anak yang sulit dibimbing oleh orang tua.
Dedi menyebutkan bahwa orang tua yang merasa kesulitan menangani anaknya dapat menyerahkan pendisiplinan kepada pemerintah melalui program ini.
3. Bukan Pelatihan Militer
Dedi menegaskan bahwa program ini bukanlah pelatihan militer, melainkan pembinaan karakter, mental, dan kebugaran.
Tujuannya adalah membentuk kebiasaan hidup sehat dan disiplin di kalangan pelajar, serta menjauhkan mereka dari perilaku menyimpang seperti merokok, konsumsi alkohol, dan penyalahgunaan obat-obatan.
4. Rutinitas Harian yang Terstruktur
Selama di barak, siswa menjalani rutinitas harian yang disiplin, seperti tidur pukul 20.00 WIB, bangun pukul 04.00 WIB, dilanjutkan dengan olahraga, belajar, menjaga kebersihan, dan kegiatan rohani seperti mengaji bagi yang Muslim. Mereka juga diajarkan berpuasa setiap Senin dan Kamis.
5. Kegiatan Belajar Tetap Berjalan
Meskipun tinggal di barak, siswa tetap mengikuti pelajaran sekolah seperti biasa. Guru dari sekolah asal mereka tetap datang untuk mengajar, memastikan proses pendidikan formal tidak terganggu.
6. Dukungan dan Kritik
Beberapa pihak mendukung program ini sebagai langkah positif dalam membentuk karakter pelajar.
Namun, ada juga kritik yang menyatakan bahwa pendekatan militeristik bukanlah solusi yang tepat dan dapat menambah beban kerja TNI yang seharusnya fokus pada pertahanan negara.
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, menolak menerapkan program serupa di wilayahnya, dengan alasan sudah ada aturan hukum yang mengatur penanganan siswa bermasalah.


