Menguak Dimensi Sosial, Ekonomi, dan Budaya di Piala Presiden 2025
Piala Presiden 2025 sekali lagi menegaskan statusnya sebagai magnet yang mampu menyedot perhatian jutaan pasang mata, dari Sabang sampai Merauke. Lebih dari sekadar ajang turnamen pramusim, ini adalah pesta yang ditunggu-tunggu, tempat kegembiraan, ketegangan, dan kebersamaan melebur jadi satu.
Piala Presiden 2025 telah lama menjadi ajang yang sangat dekat dengan hati masyarakat. Berbeda dengan kompetisi liga yang terkadang terasa eksklusif dengan dinamika jangka panjang. Turnamen pramusim edisi ketujuh ini hadir dengan format yang lebih cepat, padat, dan penuh kejutan.
Sistem gugur dan fase grup yang intens membuat setiap pertandingan terasa seperti final, memacu adrenalin penonton dari menit pertama hingga peluit akhir. Inilah yang membuat Piala Presiden 2025 menjadi hiburan rakyat sejati. Turnamen ini bisa dikatakan menjadi platform bagi masyarakat untuk berkumpul, bersosialisasi, dan melampiaskan gairah mereka terhadap sepak bola.
Baca Juga:Port FC Juara Piala Presiden 2025, Pelatih Beri Libur 2 Hari
Ini bisa dilihat saat penggemar memadati Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), untuk menyaksikan laga Liga Indonesia All Star vs Oxford United, Minggu (6/7/2025) malam WIB. Pada pertandingan yang berakhir 6-3 untuk kemenangan tim Ole Romeny dkk, sebanyak 41.026 suporter hadir. Ini membuktikan bahwa sepak bola telah lama melampaui batas sebagai sekadar olahraga, ia menjelma menjadi sebuah fenomena sosial dan budaya, sebuah hiburan rakyat yang mengakar kuat di berbagai belahan dunia.
Foto: Aldhi Chandra Setiawan (iNews Media Group)Para ahli dan sosiolog dari luar negeri telah banyak menyoroti dimensi ini, mengungkap bagaimana sepak bola menjadi cermin masyarakat, alat pemersatu, bahkan arena perjuangan. Banyak akademisi memandang sepak bola sebagai ritual modern. Menurut sosiolog Pierre Bourdieu, sepak bola bukan hanya permainan, tetapi juga sebuah praktik sosial yang menghasilkan identitas kelompok dan bentuk-bentuk identifikasi massal.
Hasil Tes Pascamusim MotoGP Valencia 2025: Raul Fernandez Tercepat, Francesco Bagnaia Posisi 10
Pertandingan sepak bola, terutama di stadion, dianggap sebagai acara publik yang dihadiri oleh sebuah komunitas, dan kehadiran penonton menjadi aktor yang terlibat dalam ritual tersebut. Sejumlah ahli juga menekankan hubungan erat sepak bola dengan kelas menengah ke bawah.
Baca Juga:BREAKING NEWS! Chelsea Juara Piala Dunia Antarklub 2025
Jurnalis sepak bola terkenal, Eduardo Galeano, dengan tegas menyatakan, "Football is a working class sport" (Sepak bola adalah olahraga kelas pekerja). Ini mengisyaratkan bahwa sepak bola merupakan salah satu bentuk budaya populer yang paling mudah diakses dan dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat, terutama dari kalangan akar rumput.Pandangan para ahli juga meluas ke fungsi sepak bola yang lebih dalam. Sepak bola bukan semata-mata menjadi hiburan, melainkan menjelma menjadi medium mujarab untuk mendapatkan hal-hal di luar sepak bola, seperti kepentingan ekonomi, prestise, dan bahkan politik.
Selain aspek hiburan, Piala Presiden 2025 juga menjadi momentum penting bagi klub-klub peserta. Ini adalah ajang pertama untuk menguji kekuatan skuad baru, mengintegrasikan pemain anyar, dan mematangkan strategi sebelum Super League 2025/2026 bergulir. Bagi para pelatih, turnamen ini adalah laboratorium sempurna untuk eksperimen taktik dan rotasi pemain.
Baca Juga:Sinar Cole Palmer di Panggung Final: Enam Gol dan 2 Trofi Pemain Terbaik
Hasil di Piala Presiden 2025 kerap menjadi indikator awal performa tim di musim kompetisi utama. Bagi para pemain, turnamen pramusim ini adalah panggung untuk unjuk gigi. Pemain muda berkesempatan membuktikan diri, sementara pemain senior bisa menunjukkan konsistensi dan kepemimpinan mereka. Gol-gol indah, penyelamatan gemilang, dan aksi-aksi individu memukau yang lahir di turnamen ini tak jarang menjadi viral dan buah bibir, menambah semarak perhelatan.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Efek domino dari Piala Presiden 2025 juga terasa jauh melampaui lapangan hijau. Kota Bandung dan Jakarta yang menjadi tuan rumah turut merasakan denyut nadi ekonomi yang lebih kencang. Pedagang UMKM di sekitar stadion bebas berjualan tanpa dipungut biaya, sektor transportasi meningkat, dan okupansi hotel melonjak."Alhamdulillah, hari ini di GBK dagangan Dapur Nayara habis semua. Baik nasi kebuli maupun laksa Betawi. walaupun cuacanya hujan, Alhamdulillah laku semua, berkah semuanya habis. Padahal bawa porsi banyak," ujar salah satu pedagang UMKM dikutip dari Instagram Piala Presiden 2025.
Foto: PSSIIni adalah bukti nyata bagaimana sebuah turnamen sepak bola dapat menggerakkan roda perekonomian lokal dan ini sejalan dengan keinginan Presiden Prabowo Subianto terhadap UMKM. Secara sosial, Piala Presiden 2025 juga berperan sebagai perekat antara semangat olahraga dan pertumbuhan ekonomi rakyat.
"Piala Presiden harus membawa kebahagiaan. Tidak hanya untuk pencinta sepak bola, tetapi juga bagi para pelaku UMKM. Ini bukan sekadar turnamen, tapi juga penggerak ekonomi rakyat," ujar Ketua Steering Committee (SC) Piala Presiden 2025, Maruarar Sirait.
Sepanjang Piala Presiden 2025 berlangsung, tercatat ada 29 gol yang tercipta. Sementara Port FC mengukir sejarah di Piala Presiden 2025 dengan keluar sebagai juara usai mengalahkan Oxford United FC dengan skor 2-1 pada laga final yang berlangsung di Stadion Si Jalak Harupat, Minggu (13/7/2025) malam WIB.
Bordin Phala dinobatkan sebagai pemain terbaik. Keberhasilan ini membuat Port FC berhak membawa pulang hadiah Rp5,5 miliar. Sementara posisi runner-up Rp3 miliar.
Peringkat ketiga dan keempat masing-masing mendapatkan Rp2 miliar dan Rp1 miliar. Dengan segala dinamikanya, Piala Presiden 2025 bukan hanya tentang siapa yang akan mengangkat trofi, tetapi tentang bagaimana sepak bola kembali menjadi pesta rakyat, mengalirkan energi positif dan kebersamaan di seluruh penjuru Indonesia.










