Berkaca dari Peristiwa Kebakaran Kemayoran, Ini Penyebab Baterai Drone Meledak dan Cara Mencegahnya
JAKARTA – Tragedi kebakaran gedung Terra Drone di Kemayoran, Jakarta Pusat, pada Selasa (9/12/2025) menjadi pengingat keras akan bahaya tersembunyi di balik perangkat teknologi modern. Ledakan baterai drone yang terjadi di lantai 1 gudang kantor tersebut memicu api yang menjalar hingga lantai atas, merenggut puluhan nyawa karyawan.
Tragedi ini menekankan pentingnya memahami mekanisme bahaya baterai drone dan bagaimana cara mencegahnya. Pasalnya, baterai lithium yang umumnya digunakan pada drone memiliki kepadatan energi sangat tinggi dan sistem kimia kompleks, sehingga pada kondisi tertentu dapat mengalami thermal runaway—reaksi berantai yang tidak terkendali dan berakhir dengan ledakan atau kebakaran.
Memahami Baterai Drone dan Kerentanannya Drone modern menggunakan baterai LiPo (Lithium Polymer) atau Lithium-Ion karena efisiensi dan daya tinggi dalam ukuran ringkas. Namun, sifat kimia litium yang reaktif dan elektrolit organik yang mudah terbakar membuat baterai ini berpotensi berbahaya. Sistem keselamatan bawaan dapat menjaga stabilitas dalam kondisi normal, tetapi ketika beberapa faktor pemicu bertepatan, baterai dapat memasuki kondisi kritis.
Penyebab Utama Baterai Drone Meledak
-
Pengisian Daya Berlebihan (Overcharging)
Menghubungkan baterai yang sudah penuh ke charger menyebabkan suhu internal meningkat. Elektroda mengalami dekomposisi dan melepaskan gas berbahaya yang menaikkan tekanan sel, berakhir dengan pengembangan atau ledakan jika sistem keselamatan gagal.
-
Overheating
Selama Penggunaan Penerbangan dalam cuaca ekstrem atau durasi lama membuat baterai overheat. Panas berlebih mempercepat reaksi kimia internal dan merusak sel. Mengisi daya segera setelah penggunaan intensif sangat berbahaya karena kombinasi panas residual dan panas pengisian dapat memicu kondisi kritis dengan cepat.
-
Kerusakan Fisik dan Korsleting Internal
Jatuh, terpukul, atau tertusuk dapat merobek struktur sel baterai. Robekan memungkinkan elektroda positif dan negatif bersentuhan langsung, menciptakan arus besar dan panas ekstrem ribuan derajat dalam beberapa detik. Penyimpanan di tempat lembap juga memicu korsleting karena air memfasilitasi aliran arus.
-
Pengosongan Daya Berlebihan (Over-discharging)
Menggunakan baterai hingga benar-benar kosong menyebabkan kerusakan kimia permanen. Tembaga dari anoda melarut dan membentuk dendrit yang memicu korsleting saat pengisian ulang. Baterai terlihat normal tetapi mengandung cacat serius yang berpotensi berakhir tragis.
-
Thermal Runaway: Reaksi Berantai Berbahaya
Semua penyebab di atas dapat memicu thermal runaway—reaksi berantai di mana peningkatan suhu kecil memicu reaksi kimia penghasil panas, yang kemudian memicu reaksi lebih lanjut. Proses ini terdiri atas tiga tahap: pemanasan mandiri (50–140°C), pelarian aktif (140–850°C), dan terminasi (>850°C). Pada tahap aktif, separator baterai meleleh, menyebabkan korsleting meluas. Energi terlepas cepat sebagai panas dan gas mudah terbakar, menghasilkan ledakan dan kebakaran sulit dihentikan.
-
Cacat Produksi dan Charger Tidak Kompatibel
Cacat manufaktur seperti kontaminasi kotoran, lapisan elektroda tidak merata, atau separator rusak dapat memicu korsleting tanpa peringatan. Charger tidak kompatibel menghilangkan fungsi pengaman dan membiarkan kondisi berbahaya berkembang tanpa terkontrol.
Strategi Pencegahan
-
Pengisian Daya yang Benar
Gunakan hanya charger resmi sesuai spesifikasi baterai dan jangan menggunakan charger generik atau rusak. Tunggu baterai mendingin hingga suhu ruangan (20–25°C) sebelum mengisi daya, terutama setelah penggunaan. Selalu monitor pengisian daya dan jangan tinggalkan baterai tanpa pengawasan. Proses pengisian harus dilakukan di tempat terbuka atau berventilasi baik.
-
Manajemen Daya Penggunaan
Hentikan penggunaan drone pada kapasitas 20–30 untuk menghindari kerusakan sel akibat over-discharging. Gunakan drone dalam cuaca optimal dan hindari penerbangan di bawah sinar matahari intensif atau kondisi panas ekstrem.
-
Penyimpanan Baterai yang Aman
Simpan baterai pada kapasitas 40–60 di tempat bersuhu 10–25°C dengan kelembapan terkontrol. Hindari sinar matahari langsung dan sumber panas, serta gunakan wadah nonkonduktif. Untuk penyimpanan komersial, pisahkan baterai di lokasi terpisah tahan api dengan jarak minimal 5 meter dari area kerja.
-
Pemeriksaan Berkala
Periksa secara rutin kondisi fisik baterai untuk mendeteksi pembengkakan, kebocoran, atau perubahan warna. Baterai yang menggelembung harus segera dihentikan dan tidak boleh diisi daya lagi. Gantilah baterai yang sudah lama karena umur hidup baterai lithium terbatas dan risikonya meningkat seiring waktu.
-
Protokol Keselamatan
Fasilitas Komersial Perusahaan yang menangani baterai dalam skala besar harus menerapkan standar keselamatan internasional, termasuk sistem ventilasi memadai, pemisahan lokasi penyimpanan, alarm deteksi panas, dan sistem pemadam kebakaran khusus lithium. Fasilitas harus bersertifikat dan mematuhi standar UN 38.3.
Pengguna drone perlu melakukan perawatan baterai dengan baik, mengikuti protokol pengisian daya yang benar, dan melakukan pemeriksaan rutin untuk mengurangi risiko insiden berbahaya seperti yang terjadi di Terra Drone, Kemayoran. Bagi fasilitas komersial, kepatuhan terhadap standar keselamatan internasional bukan hanya kewajiban hukum, tetapi juga tanggung jawab moral untuk melindungi nyawa karyawan dan publik sekitar.




