Penulis dan Kritikus Terbaik Indonesia dan Australia Kumpul di Malam Sastra BBI Canberra

Penulis dan Kritikus Terbaik Indonesia dan Australia Kumpul di Malam Sastra BBI Canberra

Berita Utama | okezone | Sabtu, 4 Mei 2024 - 13:20
share

CANBERRA - Canberra yang sedang memasuki musim dingin menjadi hangat. Pasalnya, orang-orang berkumpul bersama mendiskusikan karya sastra yang populer bersama penulis novel terkenal dari Indonesia.

Leila S Chudori, penulis buku “Laut Bercerita”, hadir dalam acara Malam Sastra yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Indonesia-Australia Capital Territory (BBI-ACT) di Canberra, Jumat 3 Mei 2024.

Malam Sastra merupakan salah satu kegiatan rutin BBI-ACT dengan mengundang penulis maupun kritikus sastra baik dari Indonesia maupun Australia. Acara ini merupakan bagian dari upaya BBI-ACT dalam mengenalkan sastra Indonesia kepada masyarakat Canberra.

Menurut Presiden BBI-ACT, Amrih Widodo, Malam Sastra kali ini membahas novel best seller di Indonesia, yaitu “Laut Bercerita”, untuk menunjukkan bagaimana fiksi memiliki kemampuan unik untuk menantang dan menginterogasi narasi sejarah yang dominan, yang sering kali dibentuk oleh agenda pemerintah dan hegemoni budaya.

“Hal yang istimewa dari Malam Sastra kali ini adalah kita kehadiran penulisnya langsung, sehingga kita bisa menggali lebih jauh bagaimana proses kreatif yang terjadi serta apa yang sebenarnya ingin disampaikan penulis kepada para pembacanya”, ujar Amrih, Sabtu (4/5/2024).

Presiden BBI-ACT ini juga menceritakan profil Leila S Chudori yang disebutnya sudah produktif menulis karya sastra sejak remaja hingga melahirkan novel sejarah yang dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan kesadaran tentang perspektif alternatif dan menampilkan suara-suara yang terpinggirkan.

Dalam diskusi yang berlangsung hampir dua jam, Leila S Chudori menceritakan bagaimana ide cerita muncul dan proses riset yang dilakukan untuk bisa menulis buku “Laut Bercerita”. Leila juga menceritakan bagaimana ia meciptakan karakter-karakter yang ada dalam novel tersebut. “Dalam menulis novel ini, saya bertindak sebagai aktor, sutradara dan direktur sekaligus. Saya harus menyelami kepribadian para aktor, dan pada saat yang sama saya juga harus mengatur jalannya cerita”, terang Leila.

Leila mengaku ingin mengungkapkan sisi lain dari sebuah sejarah dengan cara menampilkan cerita fiksi, bagaimana kiat dalam menulis momen sejarah yang ditandai dengan kekerasan politik atau ketidakadilan sejarah. Menurutnya, terkadang ada suatu masa dimana sejarawan kesulitan menuliskan sejarah, entah karena tekanan penguasa atau memang karena sulitnya memvalidasi rangkaian fakta-fakta. Sementara dengan novel, tidak diperlukan akurasi nama, tempat dan waktu, namun pembaca bisa menangkap pesan yang ingin disampaikan penulis kepada pembacanya melalui alur cerita dan dialog-dialog para aktornya.

Topik Menarik