Prabowo Cerita soal Panglima GAM di SPIEF Rusia: Mantan Musuh Bisa Bersatu
Presiden Prabowo Subianto menyinggung mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025, Rusia, Jumat (20/6/2025). Awalnya, Prabowo mendapatkan satu pertanyaan dari moderator mengenai sikap Indonesia dalam menghadapi berbagai krisis global yang sarat ketegangan dan rivalitas.
Prabowo pun menjawab dengan mengutip tokoh inspirasinya yakni Nelson Mandela. “Nah, saya harus mengatakan di sini bahwa Nelson Mandela adalah salah satu ikon terbesar saya, pahlawan terbesar saya. Saya pikir beliau adalah sumber inspirasi,” ujar Prabowo.
Prabowo pun menekankan bahwa kebesaran Mandela bukan hanya karena keberaniannya menentang ketidakadilan, tetapi karena kemampuannya memaafkan dan berdamai dengan musuh-musuh lamanya setelah keluar dari penjara. “Dia dipenjara selama bertahun-tahun. Dia dijatuhi hukuman mati, atau diancam akan dijatuhi hukuman mati, dituduh banyak hal," ujarnya.
Wiranto Kenang Momen Terakhir Bersama Istri Jelang Wafat: Baru Rayakan 50 Tahun Pernikahan
Baca juga: Prabowo Tegaskan RI Nonblok di Depan Putin: 1.000 Teman Kurang, 1 Musuh Terlalu Banyak
"Dan pernyataannya yang terkenal adalah bahwa dia bersedia memberikan hidupnya demi prinsip kebebasan. Tetapi kehebatan Nelson Mandela adalah ketika dia keluar dari penjara, dia bekerja untuk rekonsiliasi dengan musuh-musuh lamanya,” sambungnya.Prabowo kemudian mengaitkan nilai-nilai Nelson Mandela dengan perjalanan politik dan sejarah Indonesia, khususnya konflik bersenjata di Aceh. Dia pun menceritakan bahwa saat ini mantan Panglima GAM itu justru telah menjadi bagian dari Indonesia.
“Inilah kebesaran Nelson Mandela dan inilah yang saya coba terapkan juga dalam politik dalam negeri saya. Saya telah berdamai dengan banyak lawan politik saya sebelumnya. Misalnya, kami mengalami pemberontakan separatis yang sangat panjang di Aceh,” ujar Prabowo.
Baca juga: Prabowo di SPIEF 2025: Rusia dan China Tidak Pernah Memiliki Standar Ganda
“Sangat panjang, saya pikir hampir lebih dari 30 tahun. Tapi bayangkan, mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka, yang memerangi kami selama lebih dari 25 tahun, kini bergabung dengan partai saya, dia ada di partai politik saya dan sekarang menjadi Gubernur Aceh, dan saya Presiden Indonesia. Ini menunjukkan bahwa mantan musuh bisa bersatu. Dan saya pikir ini adalah pelajaran dari Nelson Mandela,” jelasnya.
Pada kesempatan itu, Prabowo juga menceritakan bahwa dirinya mantan prajurit selalu menjunjung tinggi perdamaian dan rekonsiliasi. Dia mengakui, sebagai tentara memahami secara mendalam nilai dari perdamaian dan pentingnya menghindari kekerasan yang tak berujung, sehingga mengedepankan negosiasi daripada saling membunuh.
“Saya ingin mengatakan bahwa saya adalah mantan tentara. Dan sebagai mantan tentara, saya benar-benar memahami nilai dari perdamaian dan rekonsiliasi. Sebagai mantan tentara, saya selalu mencoba, bahkan dari dulu, selalu mencoba untuk bernegosiasi. Negosiasi, negosiasi, negosiasi. Lebih baik berbicara daripada saling membunuh. Ini adalah posisi saya. Selalu bicara, selalu bernegosiasi,” tegasnya.










