Sosok Sentot Anak Muda Panglima Perang Jawa Andalan Pangeran Diponegoro

Sosok Sentot Anak Muda Panglima Perang Jawa Andalan Pangeran Diponegoro

Nasional | okezone | Jum'at, 20 Juni 2025 - 05:31
share

PERANG Jawa menjadikan pasukan Pangeran Diponegoro mengerahkan seluruh kemampuan. Sejumlah tokoh ahli strategi diandalkan Pangeran Diponegoro guna memerangi Belanda. Salah satunya Sentot, anak muda yang memimpin ratusan pasukan Pangeran Diponegoro di Perang Jawa. 

Sentot merupakan panglima tentara dengan usia masih remaja. Ia bersama satu bangsawan muda yang butuh huruf bergelar Ali Basah (Yang Mulia Pasha) Abdul Mustopo Prawirodirjo, yang bergabung dengan pasukan Pangeran Diponegoro di Selarong saat masih berusia 17 tahun. 

Lantaran kecerdasan dan keberaniannya dalam bertempur, nama Sentot pun harum. Apalagi, anak muda putra dari Raden Ronggo Prawirodirjp III dari selirnya asal Madiun itu jadi tokoh penting di Perang Jawa.

Sosok Sentot digambarkan sebagai anak muda yang brilian, pemberani, dan berapi-api di segala hal. Dikutip dari buku "Takdir : Riwayat Pangeran Diponegoro 1785 - 1855" dari Peter Carey, pada penghujung 1828, saat Sentot memasuki usia 20 tahun, sudah tampil sebagai panglima militer dan ahli strategi yang terkenal. 

 

Di bawah Sentot pula pasukannya berhasil memenangkan pertempuran dengan pasukan Gerak Cepat ke-8 yang dipimpin Mayor H.F. Buschkens di Kroya, Bagelen Timur, pada awal Oktober 1828. Tetapi di sisi lain dinamika jalannya perang ini mulai tidak menguntungkan bagi Pangeran Diponegoro. 

Pada Desember 1828, Sentot meminta agar diberi kuasa untuk memimpin seluruh kekuatan pasukan Diponegoro di medan tempur, sekaligus diizinkan untuk menarik pajak langsung, yang berarti mengabaikan patih. Hal ini akhirnya mengganggu batin sang pangeran, yang sadarperannya sebagai Ratu Adil, mesti menjamin kebijakan pajak yang ringan, dan tersedianya sandang pangan murah. 

Pangeran Diponegoro takut jangan-jangan rakyat kebanyakan bakal ditindas, jika Sentot yang terkenal suka hidup boros itu diizinkan memegang dalam satu tangan tanggung jawab militer dan pemerintahan. Pangeran lalu meminta pendapat para komandan yang lain, juga bertanya pada pamannya, Pangeran Ngabehi.

Topik Menarik