PPID dan Relawan Indonesia Bukber dengan Pengungsi Palestina Sekaligus Salurkan Bantuan

PPID dan Relawan Indonesia Bukber dengan Pengungsi Palestina Sekaligus Salurkan Bantuan

Nasional | okezone | Kamis, 4 April 2024 - 08:37
share

BULAN Ramadhan adalah bulan yang penuh keberkahan, semua orang berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan. Tak terkecuali Para Pelajar Indonesia yang ada di luar negeri. Di bawah naungan PPID, Direktorat PPM PPID bekerjasama dengan HPMI Yordania dan Tim Peduli berkolaborasi dengan 65 PPI Negara yang tersebar di seluruh dunia, membuat aksi kemanusiaan yang dinamakan Care PETRA (Palestine Refugees in Ramadhan).

Perlu diketahui, bahwasanya Yordania adalah negara penampung pengungsi Palestina terbanyak di dunia. Menurut UNRWA, sejak 1948 dan sampai hari ini, tercatat lebih dari 5 juta jiwa pengungsi Palestina tinggal di Yordania dan tersebar di 14 Camp pengungsian resmi.

"Kita harapkan dengan adanya acara kemanusiaan seperti ini, masyarakat Indonesia bisa membuka mata lebih luas untuk lebih peduli dan memberikan bantuan kepada korban konflik Palestina. Terlebih untuk korban terdampak yang berada di luar Palestina khususnya Yordania, ujar Randi, selaku Ketua Pelaksana acara Care PETRA sekaligus Mahasiswa Indonesia di Yordania.

Acara buka bersama (bukber,red) dimulai dengan pembagian 100 paket sembako berisi bahan pokok yang berupa, minyak, beras, kecap manis, roti gandum dan bahan pokok lainnya. Paket sembako ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan para pengungsi selama bulan Ramadhan, agar mereka bisa menyantap makan sahur dan berbuka tanpa merasa kurang. Sehingga bisa melaksanakan Ibadah Puasa dengan baik.

Namun, kondisi mereka masih sangat memprihatinkan dan serba kekurangan. Para Pengungsi Palestina pada dasarnya bergantung pada bantuan-bantuan Internasional melalui UNRWA dan Lembaga-lembaga sosial yang memberikan bantuan, ungkap Milki, salah satu Relawan Tim Peduli.

Keterbatasan yang mereka rasakan semakin berat dengan sulitnya izin dan hak-hak untuk bekerja di Yordania. Peraturan-peraturan yang ada memaksa mereka bekerja di sektor Non formal seperti berdagang, pekerja upahan dan menjual jasa. Itu semua mereka lakukan guna menyambung hidup, terang Milki.

Topik Menarik