Dijamin Menlu Australia Tenang AUKUS Nggak Ganggu Stabilitas ASEAN
Kerja sama keamanan antara Australia, Inggris dan Amerika Serikat (AS) (AUKUS) yang dibentuk pada 2021, dijamin tak akan mengganggu sentralitas ASEAN di kawasan. AUKUS juga berkomitmen menjadi pendamping ASEAN dalam menciptakan perdamaian di kawasan Indo Pasifik.
Hal ini disampaikan Menteri Luar negeri Australia, Penny Wong dalam diskusi yang diadakan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) berjudul Our Region, Our Future: on Australian Foreign Policy and the Indo Pacific di Jakarta, Rabu (12/7).
Dalam paparannya, Wong membeberkan, AUkUS dibuat untuk mempromosikan kawasan Indo Pasifik yang bebas dan terbuka.
Sayangnya, beberapa negara di kawasan, termasuk Indonesia, merasa tidak nyaman dengan ker ja sama ini karena adanya elemen nuklir dalam perjanjian mereka. Pada September 2021, AUkUS memang menyetujui kemitraan bertahap untuk mendorong pertukaran teknologi antara ketiga negara. Juga membangun kekuatan kapal selam bertenaga nuklir untuk pasukan angkatan laut australia.
ASEAN, seperti yang ditegas kan Menteri Luar negeri Retno Marsudi pada Selasa (11/7), tidak ingin ada unsur nuklir di kawasan, demi menghindari ke kacauan fatal. Wong menga takan, pengadaan kapal selam bertenaga nuklir bukan sebagai senjata. namun sebagai energi pengganti yang lebih efisien.
Apa yang Australia lakukan dengan akuisisi kapal selam ini adalah soal berbagi teknologi dan mengganti kapabilitas yang sudah sangat tua, ujarnya.
Australia pun berniat menjadi middle power dalam menjaga stabilitas dan perdamaian di kawasan. kami bahkan bertekad membantu aSEan mewujud kan visi dan misi perdamaian dan keamanannya, jaminnya.
Wong mengatakan, austra lia, baik sebelum atau setelah menyepakati AUkUS, selalu berusaha berkontribusi terhadap keseimbangan kawasan. Tidak ada niat lain, apalagi jika dise butsebut hendak menggantikan sentralitas aSEan.
Hal serupa sudah disampai kan Menteri Pertahanan australia, Richard Marles awal Juni kemarin. Dia menjelaskan, AUkUS dan dialog keamanan tidak akan menggantikan sentralitas ASEAN dalam menjaga keamanan kooperatif di kawasan. Menurut Marles, AUkUS hanya sebagai pelengkap.
Komentar senada juga di sampaikan Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Wil liams Maret lalu. Dia mengatakan, AUKUS hanya merupakan bentuk kontribusi Australia terhadap perdamaian dan stabilitas kawasan.
Australia akan terus bekerja dengan terbuka dan transparan dengan IAEA untuk mengem bangkan pendekatan nonprolif erasi nuklir yang tepat dan kuat, pungkas Dubes Williams.
Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) yang didirikan dan dipimpin oleh Dr Dino Patti Djalal, MA, adalah organisasi kebijakan luar negeri nonparti san, nonpolitik dan independen yang didirikan untuk membahas dan memperkenalkan isuisu hu bu ngan internasional kepada pihak terkait di Indonesia, seperti diplomat, duta besar, pejabat Pemerintah, akademisi, peneliti, bisnis, media, dosen, think tank dan mahasiswa.
FPCI juga didedikasikan untuk mempelajari isuisu kebijakan luar negeri yang paling men desak terkait dengan ASEAN, geopolitik, kekuatan menengah, geoekonomi dan diaspora.
Lembaga ini dibentuk dengan tujuan mengembangkan interna sionalisme Indonesia, membuat nya lebih mengakar di seluruh nusantara, dan memproyeksikan diri ke seluruh dunia.
Selidiki Korupsi Layanan Ibadah Haji, KPK Soroti Perbedaan Harga antara Indonesia dan Negara Lain
FPCI bertekad membentuk komunitas hubungan internasional yang besar dengan wawasan matang dan peka terhadap isuisu bilat eral, regional dan global. FPCI bertujuan menjadi fasilitator yang dapat membawa dunia ke kawasan dan sekaligus mem bawa pemikiran akar rumput dan regional ke panggung nasional dan dunia.










