Dokter Ini Mengaku Ditanya Agama dan Dicap 'Haram' Saat jadi Relawan Gempa Cianjur

Dokter Ini Mengaku Ditanya Agama dan Dicap 'Haram' Saat jadi Relawan Gempa Cianjur

Nasional | BuddyKu | Rabu, 30 November 2022 - 16:38
share

JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Cerita dugaan tindakan intoleran terhadap para relawan di lokasi terdampak bencana gempa bumi Cianjur terus bertambah.

Setelah viral aksipencabutanlabel gereja di tenda posko bantuan bencana gempa Cianjur oleh sejumlah oknum.

Kemudian pengakuan kelompok relawan Grassroots yang menarik mundur tim relawan baik rescuer maupun tenaga medis karena maraknya pungli dan tindakan intoleran terhadap beberapa relawan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan dalih agama.

Kali ini, cerita serupa datang dari seorang dokter penyakit dalam (internist) Yoanne Immanuella.

Melalui akun Twitternya, @Yoaann_, dia mengaku dikirim oleh organisasinya menjadi relawan untuk membantu korban terdampak bencana Cianjur.

Namun setibanya di lokasi, kata Yoan, ada masyarakat yang menanyakan soal agama sampai dirinya dicap \'haram\' setelah mengaku beragama Katolik.

Hal itu diutarakan Yoan pada kolom komentar akun Twitter @EmeritaArkompas yang mengunggah video aksi pencabutanlabel gereja di tenda posko bantuan bencana gempa Cianjur.

"Saya ini internist dikirim kesana oleh organisasi, sampe sana. Masyarakat malah nanya agama, saya jawab katolik. Haram kata mereka," tulis @Yoaann_, seperti dilihat Netralnews, Rabu (30/11/2022).

Atas perlakuan yang tidak menyenangkan itu, Yoan pun menyarankan agar relawan yang dikirim ke Cianjur sebaiknya yang seiman dengan mayoritas masyarakat setempat.

"Akan lebih baik, yang saling tolong menolong di Cianjur baiknya sesama muslim deh jangan selain muslim. Di khawatirin kejadian kayak saya kemarin," kata @Yoaann_.

Cerita Yoan itu ramai dikomentari netizen. Salah satunya akun @firmannurzaman yang ikut mengecam kelompok yang melakukan tindakan intoleran terhadap Yoan.

Woii ba**sat sekali mereka. Mbak Yoan, saya muslim, saya mohon maaf atas perlakukan mereka yang tidak pakai akal sehatnya. Sekali lagi mohon maaf. GBU mbak Yoan," tulis @firmannurzaman.

Merespons komentar Firman, Yoan mengaku bahwa dirinya mendapat perlakuan yang lebih buruk dari yang disampaikan di atas.

Namun, Yoan tidak berani membukanya ke publik untuk menghindari gesekan sosial. Apalagi dirinya sebagai minoritas.

"Sebenernya lebih dari itu yang saya dapet mas, tapi saya ga berani speakup lebih. Mengingat saya minoritas. Takut ada gesekan sosial," ungkap @Yoaann_.

Cerita Yoan ini juga diunggah pegiat media sosial Herry Tjahjono di akun Instagramnya, Rabu (30/11/2022).

"NOL BESAR. Sesungguhnya, negeri ini sudah sakit parah," tulis @herry.tjahjanto.

Menurut Herry, tindakan intoleran seperti yang dialami Yoan ibarat bom waktu dan hanya bisa dihentikan dengan penegakkan hukum.


"Intoleransi semacam ini seperti bom waktu. Intoleransi hanya bisa pergi dengan penegakan hukum. Hanya penegakan hukum yang bisa menyembuhkan \'penyakit\' intoleransi," kata Herry.


Sayangnya, kata Herry, di Indonesia belum ada \'dokter\' intoleran bertangan dingin yang bisa menyembuhkan \'penyakit\' intoleran.


"Masalahnya, kita tak punya "dokter" intoleransi yang bertangan dingin. Sampai saat ini, tak ada, nol besar!" tegas @herry.tjahjanto.


Topik Menarik