Dampak Globalisasi

Dampak Globalisasi

Nasional | rm.id | Kamis, 30 Juni 2022 - 06:00
share

Globalisasi sesuatu yang tak dapat lagi dibendung. Salah satu dampaknya secara langsung ialah terjadinya fenomena deteritorialisasi umat Islam. Migrasi dan mobilisasi umat Islam secara besar-besaran ke negara-negara maju seperti di Eropa dan Amerika, menurut Murad W. Hofmann, mantan Direktur Informasi NATO, dalam bukunya Religion on the Rise, Islam in the Third Millennium, akan memberikan dampak hegemoni sosial-politik, mengingat Islam adalah sistem ajaran komprehensif yang menuntut loyalitas kepada penganutnya. Di negara-negara barat ini lahir generasi kedua mereka yang tetap beragama Islam (the western-born and the second-generation muslim).

Dari manapun dan di manapun komunitas Islam itu berada selalu menciptakan lingkungan sosial unik karena Mereka memiliki simbol-simbol perekat (melting pot) berupa mesjid, halal food, pendidikan dasar keagamaan untuk anak-anak mereka, dan majlis taklim untuk para orang tua. Dari satu sisi keterikatannya dengan negara asal sangat kuat karena tokoh-tokoh keagamaan kharismatik dari negerinya tetap dijalin. Bahkan secara periodik tokoh spiritual itu didatangkan ke negeri baru ini untuk memberikan pencerahan. Pada sisi lain, generasi kedua muslim ini dituntut oleh negeri baru ini untuk memberikan loyalitas penuh sebagaimana halnya warga lainnya yang lahir di negeri tersebut.

Di sinilah kerumitannya, karena satu sisi secara emosional dan spiritual warga muslim masih tetap terikat dengan negeri asal tetapi secara hukum ketatanegaraan setempat mengharuskan mereka untuk sepenuhnya loyal kepada negaranya. Kenyataan umat Islam di negera kedua ini membayar pajaknya kepada Negara di mana mereka berdomisili, tetapi zakat harta mereka dikembalikan ke negeri asalnya, bahkan sebagian di antara mereka masih menyerahkan binatang kurban dan kambing aqikah ke negerinya. Sebagian juga masih membangun rumah di negeri asal termasuk dana yang dikumpulkan diinvestasikan ke negeri asalnya.

Fenomena menarik ini dianalisis oleh Oliver Roy dalam karya the best seller-nya, Globalised Islam. Roy menganalis pola diversity dan uniformitas, menganalisis kehidupan individu dan masyarakat warga imigran muslim di Barat. Bagaimana mereka menyiasati kehidupan di barat yang tidak sekondusif menjalankan syariah Islam ketika di negeri asalnya. Mereka harus menyesuaikan lingkungan kerja dan lingkungan ibadah, mereka harus mencarikan jalan keluar terhadap pendidikan agama yang tidak boleh diajarkan anak-anak di sekolah, mereka harus menyesuaikan penguburan mayat di luar standar kebiasaan negeri barunya.

Roy menganalisis, fenomena ini memberikan gambaran pluralisme masyarakat imigran muslim di negara-negara maju. Satu sisi mereka sebagai warga negara dunia Barat tetapi genetik dan warisan karakter mereka masih tetap lengket dengan tradisi ketimuran dan keislamannya. Kondisi seperti ini berpotensi menimbulkan masalah politik kenegaraan karena pada satu sisi mereka harus loyal ke negeri kelahirannya tetapi saat bersamaan mereka juga harus loyal terhadap sistem nilai keagamaan yang melekat pada dirinya sebagai warisan luhur dari para orang tua mereka. Sepanjang dalam mengimplementasikan kedua nilai tersebut tidak timbul masalah maka eksistensi imigran muslim itu juga tidak ada masalah. Situasi akan menjadi lain jika terjadi disharmoni antara keduanya seperti yang pernah terjadi dalam dasawarsa terakhir ini.

Dampak dan fenomena imigran muslim di dunia Barat sudah banyak dikaji oleh para peneliti, termasuk penulisan buku Religion and Immigration yang disusun oleh Y.Y.Haddad dan Jane I. Smith, Jihn L. Esposito. Dalam buku ini diuraikan lebih mendalam oleh tim editornya bahwa, termasuk mengamati fenomena masalah individu dalam kehidupan bermasyarakat. Secara individu ia seorang muslim yang taat tetapi secara kebangsaan mereka akan bergaul dengan anggota masyarakat yang selama ini sistem politik, agama, dan kepercayaannya berbeda bahkan cenderung dipertentangkan.

Ormas-ormas Islam harus menghitung dan mengukur seberapa jauh dampak globalisasi atau deteritorialisasi umat Islam untuk generasi muslim yangakan datang. Kini sudah saatnya ormas-ormas Islam tidak boleh hanya membicarakan dirinya sendiri tetapi juga harus mampu mempersiapkan generasi umat masa depan. Tanpa persiapan umat masa depan kita tidak bisa bayangkan bagaimana bentuk dan karakter generasi umat masa depan?

Topik Menarik