Kisah Alumni Unair yang Sukses Bangun Konsultan Pajak, Dulu Sempat Jual Barang Demi Kuliah
JAKARTA, iNews.id - Kesulitan yang pernah dialami ternyata membawa keberhasilan. Hal ini yang dirasakan oleh alumni dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (Unair) tahun 2003 bernama Sunarto.
Sunarto mengaku perjuangannya untuk sampai di bangku kuliah sungguh tidak mudah. Bahkan, setelah lulus dari SMA ia memilih untuk tidak kuliah terlebih dahulu karena terkendala biaya dan bekerja di toko pamannya.
Pamannya memiliki toko pertanian. Namun, toko tersebut sepi pembeli sehingga hal itu yang menejadi titik balik Sunarto ingin memperbaiki hidup melalui pendidikan.
Sebelum punya tekad, saya dekat dengan obat-obat pertanian yang baunya menyengat, kata laki-laki kelahiran Nganjuk dikutip dari laman resmi Unair, Selasa (22/3/2022).
Demi mewujudkan keinginan Sunarto, orang tuanya pun menjual beberapa barang berharga miliknya untuk biaya kuliah. Namun, di tengah perjalanan menyelesaikan skripsi dan bekerja, Sunarto belajar mengikhlaskan sosok ibu tercintanya.
Kamis dapat jadwal sidang, persis hari minggu-nya Allah lebih sayang sama ibu dan meringankan sakitnya. Sebetulnya terngiang jelas suara ibu yang bilang akan melihat saya sidang, yah, benar Ibu melihat tetapi dari tempat lain yang InsyaAllah lebih baik, ucap Sunarto.
Lulus kuliah, Sunarto pun berhasil bekerja di salah satu firma konsultan pajak terbesar di Indonesia. Namun, perjalanan hidupnya membuat mentalnya berani mengambil risiko dengan mendirikan perusahaan konsultan pajak bernama ARTAX .
Sunarto mengaku nama ARTAX memiliki filosofi yang mendalam yang mengggambarkan dirinya sebagai seorang sarjana dari desa kecil di Nganjuk.
ARTAX ini artinya hakikat kehidupan dalam kemakmuran, mimpi seorang sarjana pertama di desa kecil Nganjuk yang memiliki kantor sendiri, ucapnya..
Selain mendirika perusahaan, Sunarto ternyata ingin memajukan pendidikan. Salah satu caranya dengan memberikan beasiswa kepada para mahasiswa.
Awalnya saya pengen buat sekolah akuntansi dan perpajakan, semacam Artax school free of cash. Tapi ternyata itu tidak mudah ya. Jadi sederhana dulu saya siapkan aja beasiswa Rp100 juta untuk lima mahasiswa. Kemudian awardee-nya juga kami bekali ilmu, tutup dia.










