Hadhramaut Yaman Jadi Rebutan, Minyak Picu Konflik Arab Saudi-Uni Emirat?
ABU DHABI, iNews.id - Provinsi Hadhramaut yang kaya minyak kini menjadi medan perebutan pengaruh dan kepentingan antara dua sekutu utama di Timur Tengah, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA). Ketegangan memuncak setelah Saudi melancarkan serangan udara ke pelabuhan Al Mukalla dan mengultimatum UEA agar menarik seluruh pasukannya dari Yaman.
Saudi menuduh UEA mengirim senjata dan kendaraan tempur kepada kelompok separatis Dewan Transisi Selatan (STC) yang telah merebut Hadhramaut dari tangan pemerintahan sah Yaman. Dua kapal yang disebut berasal dari UEA diduga membawa persenjataan untuk memperkuat posisi STC di wilayah strategis tersebut.
Hadhramaut bukan sekadar wilayah konflik biasa. Provinsi terluas di Yaman itu dikenal memiliki cadangan minyak dan gas yang signifikan serta akses penting ke jalur perdagangan Laut Arab. Penguasaan wilayah ini dinilai dapat menentukan peta kekuatan ekonomi dan militer Yaman selatan di masa depan.
Militer Saudi menyebut dukungan UEA terhadap kelompok separatis sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasionalnya. Riyadh pun mengeluarkan ultimatum keras, memberi waktu 24 jam kepada seluruh pasukan UEA untuk angkat kaki dari Yaman.
“Kerajaan menegaskan setiap ancaman terhadap keamanan nasionalnya adalah garis merah. Kerajaan tidak akan ragu mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menetralisir ancaman tersebut,” bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arab Saudi, dikutip Rabu (31/12/2025).
UEA sempat membantah tuduhan membantu STC dan mengaku terkejut atas serangan Saudi di Al Mukalla. Namun, tak lama berselang, Kementerian Pertahanan UEA mengumumkan penarikan unit kontraterorisme yang tersisa di Yaman dengan alasan perkembangan situasi terkini.
Konflik ini menyoroti perbedaan kepentingan mendasar antara Saudi dan UEA di Yaman. Saudi secara konsisten mendukung pemerintahan sah Yaman, sementara UEA selama ini menjalin hubungan erat dengan kelompok-kelompok bersenjata lokal, termasuk STC, dengan dalih memerangi terorisme dan menjaga stabilitas wilayah selatan.
Kepala Dewan Kepresidenan Yaman, Rashad Al Alimi, sebelumnya meminta bantuan Saudi untuk menindak kelompok separatis yang kian agresif. Dia menuduh UEA mengarahkan STC untuk memberontak dan meningkatkan eskalasi, terutama di wilayah Hadhramaut yang kaya sumber daya alam.
Awal bulan ini, STC melancarkan serangan untuk menguasai sejumlah provinsi strategis. Kelompok yang bersekutu dengan STC bahkan mengklaim telah mengendalikan delapan provinsi dan kembali menggaungkan tuntutan pemisahan Yaman selatan sebagai negara merdeka.
Masuknya kelompok separatis ke Hadhramaut memperumit konflik Yaman yang selama ini berfokus pada perlawanan terhadap kelompok Houthi yang didukung Iran. Perebutan wilayah kaya minyak ini dikhawatirkan tidak hanya memperpanjang perang, tetapi juga memecah konsentrasi koalisi yang sebelumnya bersatu.









