Gus Kikin: Perceramah, Teladanilah KH Hasyim Asy`ari Dalam Berdakwah

Gus Kikin: Perceramah, Teladanilah KH Hasyim Asy`ari Dalam Berdakwah

Nasional | rm.id | Kamis, 17 Maret 2022 - 14:01
share

Ulama, tokoh agama, dan penceramah sebagai panutan umat tidak hanya bertanggung jawab dalam menjaga keimanan, tetapi juga keamanan umat. Penceramah harus mengembangkan ajaran dan nilai yang bisa merawat persaudaraan keagamaan dan kebangsaan sebagaimana KH Hasyim Asyari, yang memiliki jasa besar bagi persatuan Indonesia dengan selalu berdakwah dengan semangat Islam rahmatan lil alamin dan nasionisme.

Demikian disampaikan pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, KH Abdul Hakim Mahfudz. Dia menuturkan, semangat merawat persaudaraan keagamaan dan kebangsaan merupakan ajaran yang hingga kini terus dipedomani anak keturunan, ulama dan murid KH Hasyim Asyari di Tebuireng.

KH Hasyim Asyari sendiri sangat intens, perhatian dan berupaya mendorong persatuan, membangun ukhuwah . Bagaimana beliau menjaga persatuan di antara umat Islam,ujarnya, di Jombang, Rabu (16/3).

Ia melanjutkan, ada dua hal pokok ajaran KH Hasyim Asyari yang terus dijadikan pedoman oleh para murid dan santrinya secara turun-temurun sebagai warisan ajaran yang luhur dan khas. Pertama, KH Hasyim Asyari mendorong pada persatuan. Kedua, belajar mencari ilmu.

Pria yang akrab disapa Gus Kikin melanjutkan, bukanlah tanpa alasan kalau KH Hasyim Asyari ini menekankan pentingya keilmuan. Pasalnya, dengan keilmuan yang matang, akan membawa kepada kebaikan dan menjadi modal untuk membangun ukhuwah dannpersatuan antar umat beragama dan golongan .

Karena dari keilmuan tersebut, dahulu beliau mampu mengumpulkan berbagai macam kalangan. Golongan yang berbeda paham pun beliau berhasil mempersatukannya, ucapnya.

Ia juga menilai, perlunya para dai, ulama, maupun penceramah untuk dapat menggelorakan semangat nasionalisme dengan saling menguatkan, saling menjaga demi membangun persatuan di tengah masyarakat serta segenap bangsa Indonesia. Harus dipahami, di Indonesia itu Islam aslinya ahlussunah wal jamaah. Islam yang moderat itu ada di Indonesia, Islam yang wasatiyah ada di Indonesia dan itu harus memiliki semangat ukhuwah, ujarnya.

Di samping itu, lanjut Gus Kikin, para penceramah perlu membuat masyarakat memahami bahwa semangat nasionalisme itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama dan dalam mengekspresikan keimanannya. Dalam Islam itu kita mengikuti yang sudah dijalankan Rasulullah di Madinah. Beliau mengakomodasi, mewadahi semua gologan, semua agama menjadi satu dan saling menjaga kehidupan bermasyarakat, jelas Gus Kikin.

Menurutnya, para penceramah harus bisa memberikan pengertian kepada umatnya bahwa Rasulullah telah mengajarkan umatnya untuk hidup berbangsa dan mencintai bangsanya yang beragam. Nabi Muhammad mengakomodir semuanya di Madinah. Tidak ada menang-manangan, tapi semua berbagi dan adil. Semua saling menjaga kehidupan, ucap cicit dari KH Hasyim Asy\'ari ini.

Untuk itu, ia menilai, demi mendorong para ulama dan penceramah untuk dapat menggelorakan semangat nasionalisme di mimbar, perlu ada komunikasi dan dialog antara Pemerintah dan penceramah serta ormas-ormas keagamaan terkait. Upaya jangka panjangnya adalah mulai dengan pendidikan agama yang benar. Jenjang ilmu itu harus terstruktur sehingga pemahamannya juga demikian, sehingga menyampaikan kepada masyarakat juga benar, tuturnya.

Terakhir, Gus Kikin menyampaikan pesannya kepada masyarakat agar tidak ceroboh dalam memilih penceramah yang dijadikan panutan atau pedoman. Ia ingin masyarakat tidak menyimpulkan sesuatu sendiri apalagi yang terkait dengan konteks agama.

Masing-masing punya pilihan. Jangan menyimpulkan sesuatu itu dari persepsi sendiri. Sebab, dalam ajaran agama semua sudah tercatat, sudah ada aturannya. Kalau memang ada yang kurang jelas maka tanya pada (ulama) yang mengerti, pungkas Gus Kikin. [ WUR ]

Topik Menarik