Kemendikbudristek Lakukan Perbaikan Kebijakan Sastra Masuk Kurikulum

Kemendikbudristek Lakukan Perbaikan Kebijakan Sastra Masuk Kurikulum

Terkini | mnctrijaya | Jum'at, 31 Mei 2024 - 21:13
share

Jakarta- Kebiijakan sastra ke dalam Kurikulum Merdeka menuai kritik dari berbagai kalangan di tengah masyarakat. Hal ini disebabkan sejunlah karya sastra yang dimasukan dalam kurikulum dinilai mengandung nilai-nilai kurang tepat, seperti narasi seksual dan kekerasan fisik.

Penerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan akan melakukan perbaikan kebijakan sastra masuk kurikulumtermasuk Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.

Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, Anindito Aditomo, mengakui terdapat beberapa kekeliruan dalam buku panduan sastra masuk kurikulum. Hal tersebut akan segera diperbaiki.

"Harus kita akui bahwa ada hal-hal yang keliru dan perlu kita perbaiki. Salah satunya termasuk dari para kurator yang menyampaikan surat kepada kami, memprotes mengenai buku panduan itu, memberi masukan, memberi kritik terhadap buku panduan itu," kata Nino, sapaan karib Anindito Aditomo kepada Media, Jakarta, Jumat (31:5).

Kesalahan-kesalahan itu di antaranya, ada sastrawan yang masih hidup tapi tertulis sudah meninggal. Selain itu, ada pula kekeliruan terkait cara buku panduan melakukan review, komentar, hingga disclaimer.

"Jadi tone-nya mungkin terlalu negatif dan tadi tanpa konteks gitu ya, hanya memotong bagian-bagian tertentu yang sensitif sehingga seolah-olah buku itu mempromosikan bullying, mempromosikan kekerasan seksual padahal sebaliknya," kata dia.

Nino menjeaskan terkait muatan yang dipertanyakan pada beberapa karya yang direkomendasikan tim kurator, sebenarnya perlu dibaca dalam konteks karya tersebut secara utuh.

"Karena tim kurator telah memiliki pertimbangan yang matang ketika mengusulkan judul-judul tersebut," jelasnya.

Secara lebih luas, Nino juga menyebut program sejatinya bertujuan memperkenalkan sastra Indonesia kepada murid dan guru sebagai bahan ajar untuk mengembangkan literasi dan pendidikan karakter.

Jika digunakan dengan baik dalam pembelajaran, karya sastra bukan hanya bisa menumbuhkan minat baca, tetapi juga sangat potensial untuk mengasah nalar, empati, serta nilai-nilai kemanusiaan.

Untuk mencapai tujuan itu, kami membentuk tim kurator yang terdiri dari sastrawan, akademisi, dan guru agar program Sastra Masuk Kurikulum dapat diterima oleh para murid, ujarnya.

Selain itu, Nino juga menilai karya sastra memberikan nilai-nilai keutamaan tersendiri dibandingkan dengan karya lainnya. Dia berharap karya sastra dapat membantu guru untuk menggali pemikiran sekaligus empati para murid.

Tanpa adanya karya sastra, sulit bagi guru untuk membawa murid ke alam pikir dan alam perasaan untuk mendalami sebuah pembelajaran. Walaupun begitu ini tidak diwajibkan untuk diajarkan oleh guru karena kami sadar juga bahwa kapasitas guru berbeda-beda, ungkap Nino.

Di tempat yang sama, Sastrawan sekaligus salah satu kurator dalam Program Sastra Masuk Kurikulum, Okky Madasari menyadari bahwa perlu kemampuan mendalam untuk memahami sebuah karya sastra. Oleh karena itu, pelajaran sastra diyakini akan mendorong siswa berpikir secara kritis.

Bicara soal proses kurasi, Okky mengatakan proses yang dilakukan pihaknya berangkat dari kriteria Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Dalam proses itu, kata dia, para kurator melihat sebuah nilai yang dapat diambil dari kegiatan belajar mengajar melalui Pelajaran dengan buku ajar karya sastra.

Karya sastra adalah ruang interpretasi dan ada peran guru untuk memantik diskusi dengan para murid. Sehingga ini akan meningkatkan daya pikir kritis dan kami meyakini ini sejalan dengan tujuan dari kurikulum itu sendiri, tandasnya.

Topik Menarik