Mirip Indonesia! Banjir Sri Lanka Isolasi Warga di Pegunungan, Korban Tewas 618 Orang
KOLOMBO, iNews.id - Korban tewas banjir dan tanah longsor di Sri Lanka telah menembus 600 orang hingga Minggu (7/12/2025), tepatnya 618. Pihak berwenang Sri Lanka kembali mengeluarkan peringatan ancaman tanah longsor karena hujan deras masih terus mengguyur sebagian wilayah negara Asia Selatan tersebut beberapa hari ini dan ke depan.
Asia diterjang badai siklon sejak 2 pekan terakhir, menyebabkan sedikitnya 1.812 orang tewas hingga Minggu. Jumlah korban tewas terbanyak berada di Indonesia, lebih dari 916 orang, disusul dengan Sri Lanka dan Thailand. Korban tewas di Thailand mencapai 180 orang lebih.
Korban akibat badai siklon juga berada di India dan Malaysia.
Pemerintah Sri Lanka mengonfirmasi 618 orang tewas, sebanyak 464 di antaranya berasal dari wilayah pegunungan bagian tengah negara itu penghasil teh. Sementara 209 orang masih hilang.
Lebih dari 2 juta orang atau hampir 10 persen dari total populasi negara itu, terdampak banjir dan tanah longsor. Banjir dipicu Siklon Ditwah, badai terburuk yang melanda negara itu sepanjang abad ini.
Pusat Manajemen Bencana (DMC) Sri Lanka menyatakan badai menambah parah curah hujan, membuat lereng bukit tidak stabil, termasuk wilayah pegunungan di tengah dan barat laut negara tersebut.
Pemerintah mengerahkan helikopter untuk menjangkau penduduk yang terisolasi di pegunungan akibat putusnya akses dipicu tanah longsor, kondisi yang mirip dengan bencana banjir dan anah longsor di Indonesia.
Jumlah orang yang menghuni kamp-kamp pengungsian yang dikelola pemerintah turun menjadi 100.000, dibandingkan puncaknya yang mencapai 225.000 orang. Banyak warga kembali ke rumah karena banjir telah surut.
Banjir dan tanah longsir menyebabkan lebih dari 75.000 rumah rusak, termasuk 5.000 di antaranya hancur total.
Bantuan asing terus mengalir dari luar negeri. Angkatan Udara Sri Lanka kedatangan satu pesawat penuh pasokan dari Myanmar, gelombang bantuan terbaru yang tiba.
Pemerintah juga meluncurkan paket bantuan untuk membangun kembali rumah dan menghidupkan kembali bisnis yang hancur akibat bencana dahsyat tersebut.
Seorang pejabat senior Sri Lanka sebelumnya mengatakan, pemulihan dan rekonstruksi mungkin menelan biaya hingga 7 miliar dolar AS atau sekitar Rp117 triliun.
Dana Moneter Internasional (IMF) mempertimbangkan permintaan Sri Lanka untuk tambahan utang 200 juta dolar AS guna membantu pembangunan kembali. Dana tersebut merupakan tambahan dari dana talangan 347 juta dolar yang akan jatuh tempo pada akhir Desember, bagian dari pinjaman IMF senilai 2,9 miliar dalam 4 tahun yang disepakati pada 2023.










