Kemacetan Parah di Kota Bandung, Ini Strategi yang Disiapkan Wali Kota Farhan

Kemacetan Parah di Kota Bandung, Ini Strategi yang Disiapkan Wali Kota Farhan

Terkini | inews | Rabu, 23 Juli 2025 - 12:45
share

BANDUNG, iNews.id - Kota Bandung menempati posisi teratas sebagai kota dengan tingkat kemacetan tertinggi di Indonesia, berdasarkan laporan TomTom Traffic Index 2024. Dalam laporan tersebut, waktu tempuh harian masyarakat Bandung menjadi salah satu yang terlama.

Kemacetan di Kota Bandung terjadi hampir di semua wilayah, baik utara, selatan, timur, barat, hingga pusat kota. Macet terjadi setiap pagi dan sore hari.

Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menyadari tingginya keluhan warga terhadap masalah kemacetan. Dia menyebut, sejumlah strategi berbasis teknologi dan pengelolaan waktu kini sedang disiapkan.

“Saya perhatikan di beberapa titik yang padat, seperti di kawasan Jalan Riau yang banyak sekolah, sudah mulai ada penguraian. Itu karena kami coba mengatur ulang jam masuk sekolah agar tidak menumpuk di jam yang sama,” ujar Farhan, Rabu (23/7/2025).

Dia menegaskan, efektivitas kebijakan tersebut masih dalam tahap uji. Sementara itu, Farhan juga menjajaki penggunaan Area Traffic Control System (ATCS) untuk pengaturan lampu lalu lintas secara real-time.

“Saya sudah minta Dinas Perhubungan buat kajian dan lapor ke saya. Hari Kamis nanti mereka baru akan menyampaikan laporannya,” katanya.

Menurut Farhan, perangkat ATCS sebenarnya sudah tersedia. Namun sistem belum berjalan otomatis karena keterbatasan integrasi data.

“Alatnya sudah siap untuk otomatis. Tapi data durasi lampu hijau dan merah yang disesuaikan dengan waktu dan hari itu belum punya. Kita perlu big data dari perusahaan,” ucapnya.

Dia menyebut, Pemkot Bandung kini tengah menjajaki kerja sama dengan penyedia data GPS. Data itu akan digunakan untuk pengaturan lalu lintas yang lebih presisi.

“Saatnya Bandung jadi smart beneran. Alat-alat canggih sudah ada, tinggal dimanfaatkan dan didukung dengan data akurat,” kata Farhan.

Praktisi lalu lintas, Kombes Pol Edwin Affandi mendukung langkah Pemkot Bandung. Dia menyatakan Bandung butuh revolusi sistem pengaturan lalu lintas berbasis teknologi modern.

“Sistem fixed time tidak lagi relevan untuk kondisi lalu lintas yang dinamis. Diperlukan sistem cerdas yang bisa menyesuaikan waktu hijau berdasarkan kondisi riil di lapangan,” kata Kombes Edwin.

Dia menjelaskan tiga akar persoalan macet di simpang jalan. Pertama, durasi lampu hijau yang tidak responsif terhadap volume kendaraan.

"Kedua, ada tumpang tindih arus saat lampu hijau menyala, arus dari satu arah seringkali tertahan karena kendaraan dari simpang lain sudah memenuhi area tengah persimpangan," ujarnya.

Masalah ketiga adalah jarak dan kecepatan kendaraan terlalu jauh saat lampu hijau menyala. Akibatnya, kendaraan gagal melintas dan memperpanjang antrean.

Kombes Edwin juga mengingatkan dampak serius dari kemacetan lalu lintas. Kemacetan bisa menghambat waktu tempuh perjalanan sebesar 25-40 persen.

“Di sisi lain kemacetan juga berdampak kepada kerugian ekonomi karena kendaraan yang terjebak macet mengonsumsi lebih banyak bahan bakar hingga 30 persen dibanding kondisi normal,” ucapnya.

Topik Menarik