Aneh, Pria Ini Minta Dokter Amputasi Jari Tangan karena Merasa Bukan Miliknya

Aneh, Pria Ini Minta Dokter Amputasi Jari Tangan karena Merasa Bukan Miliknya

Terkini | inews | Selasa, 30 April 2024 - 20:19
share

QUEBEC, iNews.id - Seorang pria Kanada penderita gangguan integritas identitas tubuh (BIID) meminta dokter untuk mengamputasi dua jari di tangan kirinya. Alasannya, pria yang tak disebutkan identitasnya itu merasa dua jari tersebut bukan miliknya.

BIID adalah suatu kondisi sangat langka, ditandai dengan keinginan yang kuat dan terus-menerus dari seseorang untuk membuat tubuhnya cacat.

Kisah yang aneh ini diungkap oleh Nadia Nadeaum, pakar dari Departemen Psikiatri Universitas Laval. Dia menerbitkan laporan kasus mengenai seorang pasiennya yang mengalami trauma dengan dua jarinya itu sejak masa kanak-kanak.

Pikiran itu mengganggunya sepanjang hidup memicu sakit, mudah tersinggung, gangguan keterampilan, dan mimpi buruk yakni kedua jarinya membusuk atau terbakar. Bahkan dia sering berfantasi untuk mencopot atau memotong jari manis dan kelingkingnya tersebut.

Saat bekerja di pabrik penggergajian kayu, dia mempertimbangkan untuk membuat guillotine (pisau eksekusi) kecil untuk memotong jari-jarinya, kata Nadeau, dalam laporannya, seperti dilaporkan Oddity Central.

Dia sadar tindakan yang menyakiti diri sendiri itu bukanlah solusi yang aman dan bisa berdampak pada hubungan, reputasi, dan kesehatannya. Tapi dia tidak bisa membayangkan hidup bertahun-tahun yang akan datang bersama jari-jari tersebut," ujarnya, menambahkan.

Dokter sudah menggunakan berbagai cara untuk menyembuhkannya. Karena otak pria tersebut normal, maka dilakukan pengobatan non-invasif seperti terapi perilaku kognitif, antidepresan, antipsikotik, dan terapi pemaparan, namun tidak satu pun yang berhasil.

Kemudian setelah menjalani evaluasi psikiatris, pasien diperbolehkan meminta amputasi dan dirujuk ke departemen ortopedi. Pada akhirnya amputasi terhadap kedua jari pria itu dianggap sebagai cara terbaik untuk membantu pasien keluar dari masalah kejiwaannya. Ini terlihat berdasarkan evaluasi setelah 6 bulan kondisi psikologisnya membaik.

Pasca-operasi, mimpi buruk berhenti, bersamaan dengan tekanan emosional, kata Nadeau.

Pasien juga bisa membuat perencanaan hidup yang konstruktif, mengurangi marah, serta merasa ikut bertanggung jawb dalam kesejahteraan keluarga dan di tempat kerja.

"Amputasi memungkinkan dia untuk hidup selaras dengan identitasnya, tuturnya.

Topik Menarik