Harga Minyak Mentah Turun 1 Persen, Brent Sentuh 88,40 Dolar AS per Barel

Harga Minyak Mentah Turun 1 Persen, Brent Sentuh 88,40 Dolar AS per Barel

Ekonomi | inews | Selasa, 30 April 2024 - 07:00
share

HOUSTON, iNews.id -  Harga minyak mentah dunia turun lebih dari 1 dolar AS per barel pada perdagangan Senin waktu setempat di tengah kabar perundingan gencatan senjata Israel di Kairo yang meredakan kekhawatiran konflik Timur Tengah yang lebih luas. Selain itu, data inflasi Amerika Serikat (AS) meredupkan prospek penurunan suku bunga dalam waktu dekat.

Mengutip Reuters, minyak mentah berjangka Brent untuk bulan Juni ditutup di 88,40 dolar AS per barel, turun 1,10 dolar AS atau 1,2 persen. Sementara, kontrak bulan Juli berakhir di 87,20 dolar AS, turun 1,01 dolar AS per barel. Selain itu, minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menetap pada 82,63 dolar AS per barel, turun 1,22 dolar AS atau 1,5 persen.

Serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 25 warga Palestina dan melukai masyarakat lain pada hari Senin. Serangan terjadi ketika para pemimpin Hamas tiba di Kairo untuk melakukan perundingan dengan mediator Mesir dan Qatar.

Selain itu, pasar juga mewaspadai tinjauan kebijakan moneter Federal Reserve AS pada 1 Mei mendatang, yang dapat menunjukkan arah keputusan suku bunga bank sentral.

“Perkiraan ke depan akan diteliti oleh seluruh pelaku pasar,” ucap Analis di PVM, John Evans.

Adapun, investor akan berhati-hati dengan kemungkinan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga seperempat poin pada tahun ini dan tahun depan karena inflasi dan pasar tenaga kerja tetap tinggi.

Inflasi bulanan AS meningkat secara moderat pada Maret, dan dapat mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga dalam waktu dekat. Inflasi yang lebih rendah akan meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga, yang cenderung merangsang pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.

“Inflasi AS yang tinggi memicu kekhawatiran akan suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, yang mengarah pada penguatan dolar AS dan memberikan tekanan pada harga komoditas," ucap Analis Pasar Independen, Tina Teng.

Dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi mereka yang memegang mata uang lainnya. Selain itu, pasar minyak menantikan laporan bulanan upah non-pertanian AS, yang akan dirilis pada hari Jumat dan diawasi ketat oleh The Fed.

Sebaliknya, gambaran awal data inflasi bulan April dari zona Eropa, yakni Spanyol dan Jerman, memberikan gambaran yang beragam bagi bank sentral Eropa. Namun, tampaknya hal tersebut tidak akan menggagalkan penurunan suku bunga di bulan Juni.

Topik Menarik