Cerita Inspiratif Bos Siomay di Depok, Bahagiakan Karyawan jadi Kuncinya

Cerita Inspiratif Bos Siomay di Depok, Bahagiakan Karyawan jadi Kuncinya

Terkini | inews | Senin, 29 April 2024 - 09:43
share

DEPOK, iNews.id – Cerita inspiratif datang dari Wasis Nur Iman, eks cleaning service yang sukses banting setir hingga jadi bos siomay. Berkat ketekunan dan kegigihannya, pelaku UMKM itu kini bisa menikmati hasil kerja kerasnya sebagai pengusaha siomay di Kota Depok, Jawa Barat.

Pria kelahiran Nganjuk 1978 itu menuturkan awal mula menggeluti bisnis siomay yang kini sudah memiliki nama paten Siomay Gondrong. 

Wasis mengaku tidak ada bayangan menjadi pengusaha siomay. Dia sebelumnya melakoni beragam pekerjaan dari petugas cleaning service hingga penjual keliling mainan anak-anak selama hampir 9 tahun.

Roda nasib mulai berpihak ke Wasis pada 2010. Dia ikut saudaranya sebagai karyawan sekaligus menjual siomay gondrong di Pondok Gede, Jakarta Timur. Nama itu didapat lantaran sang pemilik berambut gondrong.

Tiga tahun berjalan, pemilik siomay gondrong menjual usahanya karena terus merosot. Meski sudah beberapa kali dipegang pihak lain, usaha siomay gondrong tak kunjung membaik. Wasis lalu dipercaya untuk mengelola langsung bisnis tersebut dengan membeli merek dagangnya sebesar Rp200 juta.

“Kebetulan, bos saya pemilik siomay gondrong itu nikah sama saudara saya. Saya berani ambil usaha siomay itu karena saya pikir prospek ke depannya bagus. Alhamdulillah jadi. Terus dijual dan saya beli senilai Rp200 juta. Saya pinjam uang ke saudara saya waktu itu,” katanya ditemui iNews.id beberapa waktu lalu.

Wasis kemudian membuka usaha siomay di kawasan Abadijaya, Kota Depok. Bakat dan jiwa dagang Wasis pun mulai terasah di usaha siomay. 

Wasis lalu merekrut empat karyawan untuk membuat sekaligus menjual siomay. Dengan modal yang terbatas saat itu, Wasis hanya meraup omzet Rp2 juta pada 2010.

“Waktu itu dapat Rp2 juta saja susah sekali. Namanya jualan kadang habis kadang sisa. Itu saja masih lumayan,” ucapnya.

Wasis mengaku tak patah arang. Dia terus berupaya memperbaiki kualitas siomay racikannya dengan menggunakan bahan baku berkualitas seperti ikan tengiri dan sayuran segar.

Hasilnya ternyata memuaskan. Secara per lahan, siomay gondrong buatan Wasis direspons positif konsumen. Omzetnya pun melonjak drastis hingga tembus Rp200 juta per bulan dari penjualan 10.000 pcs siomay. Dia lalu menambah jumlah karyawan hingga total ada 24 orang. 

“Omzet saya bisa sekitar Rp7 juta sampai Rp8 juta per hari, kurang lebih segitu. Karyawan saya sekarang ada 24 orang. 18 orang yang jualan siomay, sisanya masak dan belanja serta bersih-bersih di dapur.," tutur Wasis.

Dibantu Modal Pinjaman KUR BRI

Wasis tidak menampik usahanya yang terus berkembang tidak lepas dari bantuan pinjaman modal BRI.

Dia mengenal KUR BRI dari temannya semasa masih ikut berjualan. Wasis lalu mencoba mengajukan pinjaman KUR BRI.
“Awalnya saya ngajuin pinjaman Rp25 juta pada 2014 dan diterima. Pinjaman modal itu saya pakai untuk mengembangkan usaha buat beli motor bekas sama gerobak,” ujarnya.

Dua tahun setelah pinjaman pertama lunas, Wasis dapat tambahan modal kembali dari BRI dengan nilai pinjaman lebih besar Rp50 juta. Setelah lunas, Wasis ditawari lagi pinjaman KUR. Nilainya sama Rp50 juta. Track record Wasis yang mampu melunasi pinjaman tepat waktu membuatnya kembali dipercaya menambah modal usaha. Pada 2023 lalu, Wasis mendapat kucuran modal dari BRI senilai Rp75 juta.

Wasis mengaku pinjaman modal dari BRI sangat membantu kelangsungan usahanya. Dia tidak bisa membayangkan seandainya tidak ada pinjaman modal dari bank pemerintah tersebut.

“Bagi saya, BRI benar-benar ngebantu. Tanpa BRI, saya tidak bakal bisa begini. Saya akui memang untuk usaha BRI benar-benar membantu. Saya gak bisa berkembang cepat tanpa BRI. Misalnya, beli motor bekas buat usaha kan kalu beli cash jadi murah dibandingkan misalnya kredit jatuhnya lebih mahal lagi. Kalau ditotal sampai sekarang sudah empat kali. Yang keempat ini saya pakai Kupedes BRI,” paparnya. 

Dari pinjaman modal usaha BRI itu, Wasis mengembangkan sayap bisnisnya di wilayah Sawangan yang baru dirintisnya setahun lalu. Dia pun berencana membuka dapur siomay di kawasan Bintaro. “Doakan saja semoga terlaksana,” ucapnya. 

Bahagiakan Karyawan 

Pandemi Covid-19 yang terjadi pada awal 2020 lalu tak berdampak langsung pada usaha siomay gondrong. Sebab, penjualan siomay tetap stabil. “Waktu pandemi, Alhamdulillah tetap jalan. Kalau pun menurun tidak banyak,” ucapnya.

Kendala utama yang dihadapi dalam bisnis siomay, kata dia, ketika cuaca ekstrem seperti kemarau panjang. “Kalau musim kemarau, bahan baku ikan kan agak sulit. Sayuran juga pada mahal,” tuturnya.

Salah satu karyawan siomay gondrong yang mangkal di Kota Depok. (Foto: iNews)
Salah satu karyawan siomay gondrong yang mangkal di Kota Depok. (Foto: iNews)

Dalam menjalankan usaha siomay gondrong, Wasis menerapkan prinsip membahagiakan orang lain terutama karyawannya. 

Wasis pun memberikan gaji flat bagi karyawan baru Rp150.000 per hari. Sedangkan bagi karyawan lama yang telah berhasil menjual di atas 200-300 pcs diterapkan sistem komisi. 

"Kalau karyawan yang baru jualan, kita target sebulan. Mereka kita kasih Rp150.000 per hari karena sudah ikut ngebantu jualan entah itu habis ataupun tidak,” katanya. 

Selain itu, seluruh karyawan juga diberikan fasilitas mulai sepeda motor, gerobak, hingga tempat tidur.

“Semuanya gratis. Istilahnya hanya modal ulet dan mau bekerja saja. Sebab, motor kita fasilitasi termasuk kontrakan buat istirahat. Jadi gaji mereka ini utuh. Alhamdulillah, yang ikut kerja sama saya pada betah. Kalau mereka mau buka usaha, kita juga bantu,” ucapnya.

Dia juga memotivasi para karyawannya untuk bekerja keras dan tak lupa selalu berdoa agar bisa sukses.

“Saya selalu menekankan kepada karyawan jangan malas kalau mau sukses. Selain itu, berbagi ke sasama sebab di sana ada keberkahan,”ucapnya.

Topik Menarik