BI Ungkap Dampak Bencana Sumatera ke Ekonomi, Pangkas PDB hingga Inflasi Meningkat

BI Ungkap Dampak Bencana Sumatera ke Ekonomi, Pangkas PDB hingga Inflasi Meningkat

Terkini | idxchannel | Rabu, 17 Desember 2025 - 18:14
share

IDXChannel - Bank Indonesia (BI) tengah memantau secara intensif dampak ekonomi akibat bencana alam yang melanda Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Deputi Gubernur BI, Aida S. Budiman mengatakan, meskipun asesmen akhir masih memerlukan koordinasi data yang lebih lengkap, hitungan sementara menunjukkan adanya dampak negatif pada aktivitas ekonomi nasional.

Aida menjelaskan BI mengukur dampak bencana sebagai proses yang kompleks karena melibatkan berbagai dimensi, mulai dari kerugian aset, terhentinya produktivitas, hingga upaya rekonstruksi.

Saat ini, BI bersama Kantor Perwakilan Daerah terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan daerah untuk meringankan beban masyarakat serta memitigasi kelangkaan barang pokok.

“Sebagai asesmen kami sementara, metode yang dilakukan adalah melihat hilangnya aktivitas ekonomi selama 32 hari dan dampaknya itu kepada perekonomian memang agak negatif. Tetapi karena tadi masih perhitungan sementara, dalam PDB setahun ini perkiraannya baru minus 0,017 persen,” kata Aida dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (17/12/2025).

Aida menyampaikan empati mendalam mewakili jajaran bank sentral atas musibah tersebut.

“Izinkan saya menggarisbawahi kembali pesan yang selalu disampaikan oleh Pak Gubernur tentang rasa prihatin dan duka kami, keluarga besar Bank Indonesia atas bencana yang terjadi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat,” ujar Aida.

Terkait pengaruh bencana terhadap kenaikan harga barang (inflasi), BI masih menunggu data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Namun, berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) BI pada minggu pertama, sudah terlihat adanya tren kenaikan harga di wilayah terdampak.

Aida mencatat bahwa meskipun komoditas seperti beras, telur ayam, dan bawang sudah mulai stabil, beberapa barang lainnya masih menunjukkan tekanan harga.

“Yang agak tinggi memang adalah daging ayam ras dan cabai rawit. Tetapi secara keseluruhan seperti disampaikan tadi hanya berada sedikit di atas titik tengah target inflasi mediumnya 2,5 persen,” kata Aida.

Guna menjaga stabilitas harga di daerah bencana, Bank Indonesia berkomitmen memperkuat koordinasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP). Langkah ini diharapkan dapat menekan laju inflasi volatile food (harga pangan bergejolak) agar tetap terkendali hingga akhir tahun.

(NIA DEVIYANA)

Topik Menarik