Kemenperin Nilai Industri Mamin RI Punya Prospek Cerah, Ini Buktinya
IDXChannel - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai industri makanan dan minuman (mamin) nasional memiliki peluang pertumbuhan yang sangat besar. Potensi tersebut ditopang oleh ketersediaan sumber daya alam yang melimpah serta permintaan domestik yang terus meningkat.
Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kemenperin Merrijantij Punguan Pintaria mengatakan, subsektor industri makanan dan minuman menjadi salah satu penggerak utama kinerja sektor manufaktur nasional, di mana mencatatkan pertumbuhan pesat.
"Selaras dengan kinerja positif sektor manufaktur, pada kuartal III-2025 yang tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional, subsektor industri makanan dan minuman merupakan salah satu subsektor yang mencatatkan kinerja kuat dengan pertumbuhan 6,49 persen," ujarnya dalam acara perayaan 50 tahun kemitraan Nestle Indonesia dengan peternak sapi perah yang berlangsung di Jakarta, Senin (15/12/2025).
Selain pertumbuhan yang solid, industri makanan dan minuman juga memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Pada periode yang sama, subsektor ini menyumbang sebesar 41,06 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri pengolahan non-migas, menjadikannya sebagai subsektor dengan kontribusi PDB terbesar di sektor tersebut.
Dari sisi kinerja perdagangan, ekspor industri makanan dan minuman pada periode Januari hingga Agustus 2025 tercatat mencapai USD32,79 miliar. Nilai tersebut berkontribusi sekitar 22,31 persen terhadap total ekspor industri pengolahan non-migas yang mencapai USD146,98 miliar.
Sementara itu, dari aspek investasi, industri makanan dan minuman juga menunjukkan daya tarik yang tinggi. Hingga kuartal III-2025, subsektor ini berhasil menarik investasi dalam jumlah besar.
"Kuartal III-2025, industri makanan dan minuman mampu menarik investasi sebesar Rp80,48 triliun dengan nilai investasi penanaman modal asing sebesar Rp26,22 triliun dan investasi penanaman modal dalam negeri sebesar Rp54,26 triliun," katanya.
(Dhera Arizona)










