Kemenperin: 80 Persen Kebutuhan Susu untuk Industri Masih Dipenuhi dari Impor

Kemenperin: 80 Persen Kebutuhan Susu untuk Industri Masih Dipenuhi dari Impor

Terkini | idxchannel | Senin, 15 Desember 2025 - 18:24
share

IDXChannel - Tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Berdasarkan laporan World Population Review, konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia pada 2022 tercatat sebesar 17,76 liter per kapita per tahun.

Angka tersebut berada di bawah negara-negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia yang telah mencapai 42,49 liter per kapita per tahun, Singapura 46,1 liter per kapita per tahun, dan Vietnam 37,21 liter per kapita per tahun. Namun, ironisnya, sebagian besar kebutuhan susu untuk industri nasional masih bergantung pada pasokan impor.

Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kemenperin, Merrijantij Punguan Pintaria mengungkapkan bahwa hingga saat ini, sekitar 80 persen kebutuhan susu untuk industri pengolahan di dalam negeri masih dipenuhi dari luar negeri.

Industri pengolahan susu nasional saat ini membutuhkan bahan baku sekitar 5,06 juta ton setara susu segar. Namun, kemampuan produksi dalam negeri belum mencukupi kebutuhan tersebut sehingga ketergantungan terhadap impor masih sangat tinggi.

"Saat ini, industri pengelolaan susu di Indonesia membutuhkan bahan baku sebesar 5,06 juta ton setara susu segar, di mana 80 persen kebutuhan tersebut masih dipenuhi dari impor," kata Merrijantij dalam 50 tahun kemitraan Nestle Indonesia dengan peternak sapi perah yang di Jakarta, Senin (15/12/2025).

Untuk meningkatkan kontribusi peternak sapi perah dalam negeri sekaligus menekan impor, Kemenperin menilai penguatan rantai pasok susu segar melalui program kemitraan menjadi langkah kunci. 

Pemerintah mendorong sinergi yang lebih kuat antara peternak rakyat, koperasi, dan industri pengolahan susu.

Upaya tersebut antara lain dilakukan melalui peningkatan teknologi dengan pemberian bantuan mesin dan peralatan cooling unit serta digitalisasi di tempat penerimaan susu. 

Hingga 2024, digitalisasi telah diterapkan di 96 tempat pengumpulan susu pada sembilan koperasi di Jawa Barat dan Jawa Timur, yang melibatkan lebih dari 12.000 peternak sapi perah.

Selain itu, Kemenperin juga mengembangkan aplikasi untuk memantau pasokan susu segar dalam negeri serta pemanfaatan bantuan mesin dan peralatan digitalisasi di tingkat koperasi dan tempat penampungan susu (TPS). 

Per Desember 2025, data dari 37 TPS telah terintegrasi ke dalam aplikasi tersebut.

"Pada 2024, kami juga telah menginisiasi program restrukturisasi mesin peralatan sektor makanan dan minuman melalui Peraturan Menteri Perindustrian No.40 tahun 2024, di mana sektor pengelolaan susu termasuk di dalamnya. Industri dapat memanfaatkan program restrukturisasi melalui skema reimbursement sampai dengan 35 persen untuk pembelian mesin atau peralatan di industri," kata Merrijantij.

Dia menambahkan, khusus sektor pengolahan susu, program restrukturisasi tersebut tidak hanya ditujukan untuk industri, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung koperasi serta kelompok peternak sebagai mitra industri.

"Ke depan, kami mengharapkan juga dukungan dan kolaborasi dari industri untuk dapat melanjutkan upaya yang telah dilakukan serta memperluas jangkauan untuk dapat mengakomodasi lebih banyak kooperasi dan peternak sehingga memperkuat struktur industri pengelolaan susu di Indonesia," kata dia.

(NIA DEVIYANA)

Topik Menarik