Kinerja PTPP Penuh Tantangan, Proyek Pemerintah Masih Jadi Andalan

Kinerja PTPP Penuh Tantangan, Proyek Pemerintah Masih Jadi Andalan

Ekonomi | idxchannel | Senin, 16 Juni 2025 - 12:24
share

IDXChannel - PT PP (Persero) Tbk (PTPP) masih menghadapi tantangan pada kuartal terakhir 2024. Emiten konstruksi BUMN ini membukukan pendapatan sebesar Rp3,51 triliun.

Angka ini turun 39,6 persen secara kuartalan (QoQ) dan melemah 23,9 persen secara tahunan (YoY). Penurunan pendapatan terutama disebabkan oleh kontraksi pada segmen jasa konstruksi yang turun ke level Rp2,89 triliun atau menyusut 35,5 persen QoQ dan turun 24,3 persen (YoY).

Kemudian penurunan tajam pada segmen Engineering, Procurement, and Construction (EPC). Kondisi ini turut dipengaruhi oleh tingginya porsi proyek Joint Operation (JO) dibanding kontrak reguler.

Dari sisi bottom line, laba bersih PTPP tercatat sebesar Rp59 miliar, terkoreksi 37,2 persen YoY. Laba operasional pun tertekan menjadi Rp214 miliar atau turun 34,9 persen YoY. Namun demikian, kontribusi dari pendapatan lain dan entitas ventura bersama masih mampu menjaga margin laba bersih pada level 1,7 persen.

Meski mencatatkan penurunan kinerja pada kuartal terakhir, Phintraco Sekuritas memproyeksikan pendapatan PTPP di 2025 dapat mencapai Rp21,77 triliun, dengan rata-rata pertumbuhan tahunan (CAGR) lima tahun sebesar 5,37 persen. 

Optimisme ini didukung oleh perolehan kontrak baru senilai Rp27,34 triliun, dengan burn rate sebesar 14 persen.

Sejumlah proyek baik independen maupun Joint Operation, serta sentimen hilirisasi industri dan pembukaan kembali anggaran Ibu Kota Nusantara (IKN), dinilai menjadi katalis positif bagi kinerja perseroan ke depan.

Di sisi lain, kontrak yang berasal dari pemerintah diperkirakan tetap terbatas sejalan dengan efisiensi anggaran dan fokus pemerintah pada pengembangan non-fisik. Namun demikian, peluang masih terbuka luas dari sektor swasta dan BUMN, terutama untuk proyek hilirisasi industri dan infrastruktur pendukung.

Komposisi sumber pendanaan mulai bergeser

Saat ini, PTPP tengah mengelola 76 proyek yang tersebar di beberapa wilayah, dengan dominasi proyek di Pulau Jawa (37 proyek), Kalimantan (13 proyek), dan Sumatra (9 proyek). Realisasi kontrak baru mencapai Rp7,39 triliun, di bawah ekspektasi Phintraco (27 persen) maupun proyeksi manajemen (26 persen).

Menariknya, kontribusi pendanaan dari sektor swasta meningkat signifikan menjadi 45 persen diikuti BUMN sebesar 38 persen. Sementara kontribusi proyek pemerintah turun menjadi 17 persen. Pergeseran ini mencerminkan peran swasta dan BUMN yang kian dominan seiring penyesuaian alokasi anggaran pemerintah.

Berdasarkan lini bisnis, kontrak baru PTPP didominasi proyek pelabuhan, gedung , serta jalan dan jembatan. Beberapa proyek utama yang menopang kontrak baru antara lain Proyek NPEA Section 2 senilai Rp2,3 triliun dan tahap kedua Tol Kataraja sebesar Rp1,3 triliun.

Restrukturisasi Kementerian PUPR juga menjadi angin segar bagi industri konstruksi nasional. Mengacu pada informasi RAPBN 2025, pemerintah menargetkan sejumlah alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik, antara lain pembangunan jalan dan jembatan di 35 provinsi, pengembangan irigasi, pengendalian banjir, hingga penguatan akses air bersih melalui pengembangan jaringan SPAM.

Selain itu, Kementerian Perumahan juga mendapat alokasi Rp5,3 triliun untuk program pembangunan 3 juta rumah demi menekan backlog perumahan yang masih mencapai 9,9 juta unit pada 2024. Target pembangunan 3.190 unit rumah baru dan perbaikan lingkungan permukiman pun masuk dalam skema DAK Fisik tersebut.

Rekomendasi buy, target harga Rp600 per saham

Melihat prospek jangka menengah, Phintraco Sekuritas memberikan rekomendasi BUY untuk saham PTPP dengan target harga Rp600 per saham. 

"Valuasi ini diperoleh menggunakan metode Discounted Cash Flow (DCF) dengan WACC sebesar 7,11 persen dan terminal growth 0,5 persen," tulis analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan dalam risetnya, Rabu (11/6/2025). 

Optimisme ini ditopang momentum positif dari fokus hilirisasi industri pemerintah, rekam jejak kuat PTPP, serta strategi manajemen dalam mendivestasi aset produktif dan non-produktif guna memperbaiki struktur neraca.

Meski demikian, Phintraco tetap mencermati sejumlah risiko seperti potensi keterlambatan proyek akibat penyesuaian anggaran, fluktuasi harga bahan baku, serta kondisi likuiditas ketat yang dapat menekan margin keuntungan.

(DESI ANGRIANI)

Topik Menarik