Penjualan Kendaraan Belum Pulih, Kinerja Emiten Otomotif Menunjukkan Ketahanan di 2025

Penjualan Kendaraan Belum Pulih, Kinerja Emiten Otomotif Menunjukkan Ketahanan di 2025

Ekonomi | idxchannel | Minggu, 28 Desember 2025 - 16:34
share

IDXChannel - Kinerja sektor otomotif di pasar domestik sepanjang 2025 masih relatif lesu di tengah melemahnya daya beli dan penjualan kendaraan yang belum pulih.

Berdasarkan data yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil secara wholesales Januari-November 2025 mencapai 710.084 unit. Angka tersebut turun 9,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 785.917 unit.

Dari jumlah tersebut, pangsa pasar mobil listrik berada di level 11,62 persen di mana data wholesales menunjukkan distribusi pabrik ke dealer mencapai 82.525 unit selama Januari-November 2025.

Sementara untuk hybrid electric vehicle (HEV) periode Januari hingga November, total volume penjualan mencapai 57.311 unit, dengan pasar yang sebagian besar didominasi oleh Toyota dan Suzuki.

Seiring penjualan kendaraan roda empat di pasar domestik masih relatif lesu, kinerja emiten otomotif tercatat beragam per kuartal III-2025. Untuk Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) dan distributor kendaraan seperti PT Astra International Tbk (ASII) menunjukkan ketahanan meski pendapatan dan laba bersih terkoreksi. 

Adapun untuk produsen komponen dan suku cadang, beberapa emiten seperti PT Astra Otoparts Tbk (AUTO), PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA), PT Garuda Metalindo Tbk (BOLT) berhasil mencatatkan kinerja positif didorong pejualan dan diversifikasi bisnis. 

PT Astra International Tbk (ASII)

Perusahaan konglomerasi raksasa ini mencetak laba bersih Rp24,47 triliun pada Sembilan bulan Pertama 2025. Capaian ini lebih rendah 5,3 persen dibandingkan periode yang sama 2024 sebesar Rp25,8 triliun.

Sementara itu, Astra membukukan pendapatan bersih Rp243,6 triliun sepanjang Januari-September 2025, turun sekitar 1 persen secara tahunan. 

Presiden Direktur Astra, Djony Bunarto Tjondro mengatakan kinerja keuangan Astra secara grup terpengaruh oleh harga batu bara yang lebih rendah, yang sebagian diimbangi oleh bisnis pertambangan emas, agribisnis, dan jasa keuangan. Sementara itu, segmen otomotif cenderung stabil.

Secara bisnis, segmen otomotif memberikan sumbangan laba bersih Rp8,8 triliun, naik 1 persen. Capaian ini didukung bisnis sepeda motor dan komponen, sedangkan volume penjualan mobil lebih rendah di tengah pasar nasional yang melemah.

PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS)

PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) juga mencatatkan pertumbuhan yang cukup baik. Emiten pemegang brand Suzuki, Nissan, dan KIA ini mencatat pendapatan bersih selama Januari-September 2025 Rp22,72 triliun atau naik 4,6 persen (yoy).

Pertumbuhan ini didukung penjualan segmen mobil dan motor yang naik menjadi Rp3,49 triliun dari Rp 2,80 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Adapun laba yang diatribusikan kepada induk melesat 216 persen menjadi Rp257,6 miliar. Kenaikan profitabilitas ini tidak hanya didorong oleh pertumbuhan pendapatan, tetapi juga ditopang kenaikan pendapatan lainnya yang naik menjadi Rp908,9 miliar.

PT Astra Otoparts Tbk (AUTO)

PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) menjadi salah satu emiten yang mencatatkan kinerja positif. Produsen dan distributor suku cadang kendaraan roda dua dan roda empat mencetak laba bersih Rp1,6 triliun hingga kuartal III-2025 atau naik 2,6 persen (yoy).

Selain itu, AUTO meraup pendapatan Rp14,80 triliun hingga September 2925. Angka tersebut meningkat 4,51 persen year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama 2024. 

Pendapatan bersih AUTO dari segmen manufaktur hingga kuartal III-2025 tercatat sebesar Rp7,8 triliun atau tumbuh 5,8 persen (yoy). 

Capaian tersebut terutama didorong peningkatan permintaan komponen dari pelanggan Original Equipment Manufacturer (OEM) baik roda dua maupun roda empat, di tengah pasar domestik kendaraan roda empat yang mengalami penurunan dan kendaraan roda dua yang cenderung stagnan.

Untuk mendongkrak kinerja, AUTO juga memperluas portofolio ke produk non otomotif seperti alat kesehatan, komponen alat berat, dan industri lainnya. 

PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA)

DRMA turut mencatatkan kinerja positif di tengah lesunya pasar otomotif di mana pada sepanjang sembilan bulan pertama 2025 tercatat Rp4,39 triliun. Angka tersebut naik 9,20 persen (yoy) dari Rp4,02 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara laba bersih DRMA tumbuh 1,89 persen (yoy) menjadi Rp419,87 miliar.

Dalam menunjang kinerja, DRMA memperluas diversifikasi, beberapa di antaranya dengan mengembangkan produk Aki Lithium 12V, 6Ah dan Battery Energy Storage System (BESS).

PT Garuda Metalindo Tbk (BOLT) 

BOLT berhasil mencatat penjualan yang naik 13,63 persen (yoy) dari Rp1,10 triliun menjadi Rp1,25 triliun hingga kuartal III-2025. Sedangkan laba bersih mengalami pertumbuhan 63,09 persen menjadi Rp107,75 miliar.

Penjualan BOLT pada periode Januari-September 2025 ditopang pasar dalam negeri dengan porsi Rp1,17 triliun. Selebihnya, senilai Rp84,39 miliar berasal dari pasar ekspor. 

PT Autopedia Sukses Lestari Tbk (ASLC)

Penjualan ASLC yang bergerak di segmen mobil bekas meningkat di tengah lesunya penjualan mobil baru. 
Hingga kuartal III-2025, perseroan berhasil mencatat pendapatan Rp713,0 miliar, atau tumbuh 15 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.  

Pertumbuhan pendapatan ASLC didorong peningkatan transaksi di Caroline.id, JBA Indonesia, dan MotoGadai yang mendorong ekosistem jual beli mobil bekas ASLC. 

Meski begitu, laba bersih ASLC turun 25,5 persen menjadi Rp30 miliar yang disebabkan oleh margin yang tergerus, serta Beban Pokok Penjualan (COGS) yang membengkak 22,5 persen, jauh lebih cepat dari kenaikan pendapatannya.

PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX)

Pasar kendaraan roda dua yang relatif stagnan juga berpengaruh pada kinerja MPMX yang merupakan distributor Honda. 

MPMX mencatatkan pendapatan selama Januari-September 2025 menjadi Rp11,47 triliun atau turun 3,1 persen.

Penurunan ini didorong penjualan sepeda motor yang turun menjadi Rp11,29 triliun dari Rp11,62 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Sejalan dengan hal tersebut, laba bersih perusahaan juga terkoreksi 7,7 persen menjadi Rp406,7 miliar.


(NIA DEVIYANA)

Topik Menarik