Penyerang Salman Rushdie Dijatuhi Hukuman 25 Tahun Penjara

Penyerang Salman Rushdie Dijatuhi Hukuman 25 Tahun Penjara

Global | sindonews | Sabtu, 17 Mei 2025 - 07:16
share

Seorang pria New Jersey yang menikam dan melukai serius penulis terkenal Salman Rushdie dijatuhi hukuman 25 tahun penjara atas tuduhan percobaan pembunuhan.

Hadi Matar, 27 tahun, dinyatakan bersalah pada hari Jumat (16/5/2025) atas percobaan pembunuhan dan penyerangan di pengadilan di Chautauqua County, New York bagian barat.

Ia juga dijatuhi hukuman tujuh tahun karena menyerang Henry Reese, yang akan mewawancarai Rushdie pada saat kejadian.

Hakim David W Foley memberi tahu Matar bahwa untuk mencegah serangan lain, hukuman 25 tahun diperlukan, menyebutnya sebagai "pengganggu" dan "munafik".

Matar, yang berasal dari California, telah mengaku tidak bersalah atas tuduhan percobaan pembunuhan dan penyerangan.

Pada bulan Agustus 2022, Rushdie, 77 tahun, hendak menyampaikan kuliah tentang kebebasan artistik di Chautauqua Institution di negara bagian New York bagian barat, ketika Matar berlari ke atas panggung dan menikam penulis tersebut lebih dari selusin kali di kepala dan tubuh.

Matar tinggal di New Jersey saat penyerangan itu terjadi.

Rushdie dirawat di rumah sakit setelah serangan itu dan menjalani operasi. Dia kehilangan penglihatannya di salah satu mata.

Karya Rushdie, khususnya novelnya tahun 1988 The Satanic Verses, menuai protes keras dan ancaman pembunuhan.

Mantan pemimpin tertinggi Iran mengeluarkan fatwa, putusan hukum yang tidak mengikat dalam hukum Islam, yang menyerukan pembunuhannya.

Teheran telah lama menjauhkan diri dari keputusan mantan pemimpin Ayatollah Khomeini, tetapi sentimen anti-Rushdie masih ada.

Pada tahun 2012, satu yayasan keagamaan semi-resmi Iran menaikkan hadiah untuk Rushdie dari USD2,8 juta menjadi USD3,3 juta.

Rushdie menepis ancaman itu saat itu, dengan mengatakan tidak ada "bukti" orang-orang yang tertarik dengan hadiah itu.

Rushdie, yang lahir dari keluarga Muslim Kashmir yang tidak menjalankan ajaran agamanya di India dan dirinya sendiri adalah seorang ateis. Dia membela karyanya pada beberapa kesempatan.

Pen International, asosiasi penulis yang dipimpin Rushdie sebelumnya, mengutuk serangan itu dan mendoakan penulisnya agar "cepat pulih" dalam unggahan di media sosial saat itu.

The Satanic Verses dianggap banyak Muslim sebagai buku yang mengandung bagian-bagian yang menghujat.

Rushdie telah dinominasikan untuk Booker Prize sebanyak tujuh kali dan memenangkan penghargaan tersebut pada tahun 1981 untuk novel keduanya, Midnight's Children.

Buku tersebut merupakan kiasan tentang transisi India dari penjajahan Inggris menuju pemisahan dan kemerdekaan.

Penusukan itu dikutuk para penulis dan politisi di seluruh dunia sebagai serangan terhadap kebebasan berekspresi.

Topik Menarik