Profil Revolusioner India Mahatma Gandhi: Pemberontak yang Tak Pernah Meneriakkan Perang

Profil Revolusioner India Mahatma Gandhi: Pemberontak yang Tak Pernah Meneriakkan Perang

Global | sindonews | Kamis, 15 Mei 2025 - 14:54
share

Di zaman ketika pemberontakan kerap berarti senjata, peluru, dan kekerasan, tokoh revolusioner India Mahatma Gandhi muncul sebagai anomali.

Dia seorang pemberontak, tapi tak pernah meneriakkan perang. Dia memimpin perlawanan, tapi tak pernah mengangkat senjata. Justru dengan diam, doa, dan disiplin moral, Gandhi mengguncang fondasi imperium Inggris dan mengantar India menuju gerbang kemerdekaan.

Profil Mahatma Gandhi

Dia lahir dengan nama Mohandas Karamchand Gandhi pada 2 Oktober 1869 di Porbandar, Gujarat, India. Mengapa dipanggil "Mahatma"? Julukan Mahatma berasal dari bahasa Sanskerta, yakni Maha berarti besar, dan Atma berarti jiwa. Jadi Mahatma berarti "Jiwa yang agung".

Julukan ini diberikan pertama kali oleh penyair Rabindranath Tagore pada tahun 1915, sebagai penghormatan atas moralitas dan perjuangan damai Gandhi.

Namun, Gandhi sendiri tidak suka disebut Mahatma, karena dia menganggap dirinya orang biasa dan tidak ingin dipuja secara berlebihan.

Gandhi pernah menamatkan pendidikan hukumnya di London. Namun, dia justru menemukan panggilannya bukan di ruang sidang, melainkan di jalanan Afrika Selatan.

Di negara itu, dia mengalami diskriminasi karena warna kulitnya. Insiden dikeluarkan secara paksa dari kereta kelas satu pada 1893 menjadi titik balik. Dia tak hanya melawan perlakuan itu—dia mulai mempertanyakan makna keadilan. Dari situlah lahir konsep "satyagraha" atau "kekuatan kebenaran", yang kemudian menjadi senjata utama perjuangannya.

Satyagraha: Perlawanan Tanpa Suara Tembakan

Kembali ke India pada 1915, Gandhi menyaksikan rakyatnya terperangkap dalam jerat kolonialisme. Alih-alih menyerukan perang, dia mendorong rakyat untuk berhenti tunduk. Aksi mogok, boikot produk Inggris, dan puasa menjadi taktiknya.

Puncaknya terjadi pada Salt March (1930), ketika Gandhi berjalan sejauh 385 km ke Dandi untuk membuat garam sendiri—menentang monopoli Inggris yang bahkan mengatur garam rakyat. Aksi ini sederhana, simbolik, dan nyaris senyap—tapi dunia mendengarnya.

Gandhi menolak jabatan dan kekuasaan. Bahkan ketika Kongres Nasional India memintanya mengambil posisi puncak, dia menolaknya. “Kepemimpinan bukanlah jabatan,” katanya semasa hidup.

Namun, tak ada keputusan besar dalam politik India kala itu yang tak menyertakan suara Gandhi, langsung atau tidak langsung.

Ketika India akhirnya merdeka pada 15 Agustus 1947, Gandhi justru tak ikut dalam perayaan. Dia berada di Bengal, memadamkan api kekerasan antarkomunal pasca-pemisahan India dan Pakistan—suatu ironi pahit dari perjuangan panjangnya.

Gandhi Dibunuh oleh Kaumnya Sendiri

Pada 30 Januari 1948, Gandhi ditembak oleh Nathuram Godse, seorang ekstremis Hindu, yang menuduh Gandhi terlalu toleran terhadap Muslim.

Dunia berduka. Fisikawan genius Albert Einstein menulis: “Generations to come will scarce believe that such a one as this ever in flesh and blood walked upon this earth (Generasi-generasi yang akan datang nyaris tak akan percaya bahwa sosok seperti ini pernah berjalan di atas bumi dalam wujud darah dan daging)".

Pemberontakan Gandhi Menginspirasi Dunia

Gandhi tidak hanya mengubah India. Prinsip non-kekerasannya merambat ke seluruh dunia. Martin Luther King Jr mengadopsi prinsip "satyagraha" dalam gerakan hak sipil di AS. Nelson Mandela menyebut Gandhi sebagai “guiding light” dalam perjuangan anti-apartheid. Barack Obama pernah mengatakan: “Gandhi’s spirit is still alive in our struggle for justice (Semangat Gandhi masih hidup dalam perjuangan kita untuk keadilan)".

Fakta-fakta Gandhi yang Jarang Disorot

1. Gandhi tak pernah menerima Hadiah Nobel Perdamaian, meski dinominasikan 5 kali.2. Dia menolak produk Inggris, termasuk pakaian—dan menjahit pakaiannya sendiri dengan alat pemintal (charkha).3. Dia berpuasa lebih dari 17 kali sebagai bentuk protes damai.4. Majalah Time menobatkannya sebagai "Man of the Year" pada 1930.

Gandhi membuktikan bahwa pemberontakan tak harus ditandai ledakan, darah, atau spanduk. Dia menjadikan kesabaran, integritas, dan kemurnian niat sebagai senjata. Dia bukan hanya pemimpin gerakan kemerdekaan—dia menggagas ulang makna pemberontakan.

Topik Menarik