Trump Dukung Pemilu di Ukraina, Anggap Zelensky Tidak Populer

Trump Dukung Pemilu di Ukraina, Anggap Zelensky Tidak Populer

Global | sindonews | Rabu, 19 Februari 2025 - 07:13
share

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan Ukraina mungkin harus mengadakan pemilu baru dan bersikeras pemimpin de facto-nya, Volodymyr Zelensky, tidak populer.

Trump menyampaikan komentarnya beberapa jam setelah negosiator AS dan Rusia bertemu di Riyadh untuk membahas cara mengakhiri konflik Ukraina.

Itu adalah pertemuan pertama sejak pendahulu Trump, mantan Presiden Joe Biden, menangguhkan sebagian besar kontak dengan Moskow pada tahun 2022.

Presiden Rusia Vladimir Putin berulang kali menyatakan Moskow tidak lagi menganggap Zelensky sah karena masa jabatan presiden lima tahunnya berakhir pada Mei 2024 dan tidak ada pemilu baru yang diadakan karena darurat militer.

Berbicara kepada wartawan pada hari Selasa, Trump bersikeras Zelensky sangat tidak populer di dalam negeri.

"Pemimpin di Ukraina, saya tidak suka mengatakannya, tetapi dia hanya mendapat peringkat persetujuan 40," ujar Trump.

“Ketika mereka ingin duduk di meja (perundingan), Anda dapat berkata, bukankah rakyat Ukraina harus berkata, ‘Sudah lama sekali kita tidak mengadakan pemilu,” ujar Trump. “Itu bukan ‘masalah Rusia.’ Itu masalah saya, dan juga banyak negara lain.”

Para pejabat Ukraina bersikeras mustahil menyelenggarakan pemilu baru saat konflik dengan Rusia masih berlangsung.

Tingkat penerimaan Zelensky meroket hingga 90 selama bulan-bulan pertama konflik pada tahun 2022, tetapi sejak itu turun menjadi sekitar 50, menyusul kekalahan di medan perang dan masalah ekonomi yang terus-menerus.

Bulan lalu, media Ukraina mengutip jajak pendapat Socis yang menunjukkan hanya 40 warga Ukraina yang percaya pada Zelensky, sementara hampir 72 mengatakan hal yang sama tentang mantan jenderal tinggi Valery Zaluzhny, yang sekarang menjadi duta besar di London.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pada hari Selasa bahwa Putin terbuka untuk bernegosiasi dengan Zelensky, tetapi hanya jika masalah "legitimasi yang disengketakan" pemimpin Ukraina itu diselesaikan.

Topik Menarik