Ketika Jurnalis Naik Sepeda Menyusuri Jalan-Jalan yang Hancur Usai 6 Bulan Perang Gaza

Ketika Jurnalis Naik Sepeda Menyusuri Jalan-Jalan yang Hancur Usai 6 Bulan Perang Gaza

Global | okezone | Jum'at, 5 April 2024 - 18:03
share

GAZA Sebelum perang Gaza pecah, daerah kantong kecil yang diperintah oleh kelompok Hamas adalah daerah miskin , padat penduduk namun penuh dengan kehidupan . Di sana terdapat restoran, toko, lapangan sepak bola sementara, universitas dan rumah sakit.

Enam bulan setelah konflik dimulai, seorang fotografer Reuters mengendarai sepeda menyusuri jalan-jalan yang hancur untuk mengukur kerusakan yang disebabkan oleh serangan udara Israel sebagai pembalasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel, yang menewaskan lebih dari 33.000 orang.

Pemandangan yang sama juga terjadi di jalan demi jalan yang dipenuhi tumpukan puing, yang merupakan rumah bagi 2,3 juta orang yang kekurangan obat-obatan, perawatan medis dan makanan dalam krisis kemanusiaan yang semakin meningkat.

Banyak di antara mereka yang tinggal di tempat penampungan atau kota tenda setelah berpindah dari satu wilayah ke wilayah lain dalam upaya melarikan diri dari pemboman yang tiada henti.

Hanya ada sedikit tanda-tanda kehidupan. Laki-laki lewat dengan sepeda motor. Seorang anak laki-laki mendorong gerobak dorong menyusuri jalan tanah, melewati gedung-gedung yang tertutup debu. Sebuah masjid pun tidak luput dari serangan.

Foto lainnya memperlihatkan seorang pria berjalan dengan sekantong tepung di pundaknya. Makanan langka di Gaza, dan warga Palestina mengatakan upaya untuk mendapatkan pasokan adalah perjuangan hidup atau mati, seperti yang terjadi pada bulan Februari ketika lebih dari 100 warga Palestina tewas saat mencoba mendapatkan makanan dari konvoi bantuan. Israel mengatakan banyak orang terinjak-injak hingga tewas dalam kekacauan tersebut, sementara otoritas kesehatan Gaza mengatakan pasukan Israel menembaki kerumunan tersebut.

Seperti diketahui, Israel melancarkan serangan sebagai pembalasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan, yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 200 orang, menurut statistik Israel.

Topik Menarik