Cerita Devit, Anak dari Lereng Gunung Singgalang yang Dijemput Rektor ITB setelah Lolos SNBP
Ini cerita mahasiswa ITB bernama Devit Febriansyah. Devit adalah siswa SMA Negeri 1 Bukittinggi yang mencatat sejarah sebagai anak pertama dari Malalak yang lolos ke Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025.
Ia diterima di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI ITB), salah satu fakultas paling bergengsi di kampus tersebut.
Baca juga: 5 Menteri Kabinet Prabowo Lulusan ITB, Nomor 1 Masuk Daftar Ilmuwan Berpengaruh Dunia
Kisah Devit yang inspiratif menarik perhatian Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, yang secara langsung datang menjemput Devit ke lereng Gunung Singgalang, kampung halamannya di kecamatan Malalak, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Kehadiran sang rektor bersama jajaran ITB lainnya membuat Devit tremor tak percaya. Kunjungan Rektor ini terekam dalam unggahan akun Instagram ITB @itb1920.Baca juga: Kisah Maria Khelli, Lulus Cumlaude dengan IPK Tertinggi di ITB
Anak dari Doni Afrijal, seorang kuli angkut kayu manis, dan Julimar, penyisir kayu manis di hutan, Devit tumbuh dalam keterbatasan ekonomi.
Penghasilan orang tuanya tak menentu, dan selama ini keluarga Devit masih menumpang tinggal di rumah orang lain. Namun, keterbatasan itu tidak mematahkan semangat Devit untuk belajar dan meraih mimpi.
Saat duduk bersama di rumah sederhana milik keluarganya, kedua orang tua Devit tak kuasa menahan tangis saat menceritakan perjuangan mereka. Rektor ITB pun ikut menangis, terharu mendengar kisah kesungguhan dan kerja keras keluarga ini.
Baca juga: Mahasiswi ITB Pengunggah Meme Prabowo-Jokowi Ditangkap, Hasan Nasbi: Lebih Baik DibinaCita-cita Devit sederhana namun sangat mulia. Ia ingin membelikan rumah untuk kedua orang tuanya karena selama ini masih tinggal menumpang di rumah orang. Orang tuanya pun sangat mendukung perjuangan Devit hingga lolos ke ITB tanpa tes.
Devit pun tak hanya jadi kebangggan keluarganya namun warga sekampung. Bahkan warga pun bergotong royong membantu keberangkatan Devit ke Bandung. Mereka patungan secara sukarela, ada yang menyumbang Rp100 ribu, Rp200 ribu, semua dilakukan agar Devit bisa berangkat dan kuliah dengan tenang.
Atas prestasinya, Devit juga mendapat apresiasi dari ParagonCorp, berupa laptop dan uang tunai sebagai bekal kuliah. Ia juga tercatat sebagai penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah, yang membebaskannya dari biaya pendidikan dan memberi tunjangan hidup selama di ITB.
Di Sumatera Barat, Rektor ITB tak hanya mengunjungi Devit namun juga dua mahasiswa ITB lainnya yang juga lolos SNBP dan penerima KIP Kuliah yaitu Deka Fakira Berna dan Nauli Al Ghifari.
Rektor ITB, Prof. Tata, terharu karena di tengah keterbatasan anak-anak dapat berprestasi, saat bertemu langsung dengan ketiga calon mahasiswa tersebut. Beliau memberikan semangat dan motivasi agar mereka tidak mudah menyerah dalam menjalani pendidikan tinggi di ITB.
“Di kampus nanti, kalian akan bertemu banyak mahasiswa hebat. Harus tetap berusaha yang terbaik dan jangan putus asa,” pesan Prof. Tata, melansir laman ITB.










