Asal-usul 2 Situs Bersejarah di Padies Kimuwu, Miliki Nilai Luhur Adat Istiadat Suku Minahasa
PADIES Kimuwu merupakan salah satu destinasi wisata alam dan budaya yang berada di Kota Manado, Sulawesi Utara. Belakangan ini juga dinobatkan menjadi destinasi penunjang untuk destinasi super prioritas, Likupang, Minahasa Utara.
Padies Kimuwu memiliki dua situs bersejarah di dalamnya yakni batu marengke dan batu siouw kurur. Keduanya memiliki nilai-nilai bersejarah, yang menceritakan nilai-nilai sejarah suku Minahasa.
MNC Portal Indonesia (MPI) pun mencoba mengulik secara mendalam kedua situs bersejarah di Kota Manado ini.
Berdasarkan keterangan dari Reinhard Yohanes, pemilik wisata alam dan budaya, Padies Kimuwu, memaparkan bahwa batu marengke sebagai salah satu situs bersejarah memiliki cerita tentang kepahlawanan.

2 Situs Bersejarah di Padies Kimuwu. (Foto: Kopong)
"Batu marengke adalah dikenal panglima menyambut kemenangan, biasanya warane atau menari mengelilingi, menjadi tarian jadi kira-kira itu sedikit penjelasan tentang marengke," ujar Reinhard Yohanes saat ditemui di Padies Kimuwu, Sulawesi Utara, Senin (7/8/2023).
Sementara itu, Batu Siouw Kurur yang terdiri dari sekumpulan batu, memiliki nilai-nilai tentang salah satu etnis terbesar suku Minahasa.
"Batu siouw kurur artinya siouw sembilan dan kurur artinya lutut, dipercaya tiga tempat ini. Disini batu ya bukan waruga, dipercaya mereka generasi kelima, tempat ini masuk di daerah Tombulu, salah satu etnis terbesar di Minahasa," jelas Reinhard.
Reinhard menceritakan kalau etnis Minahasa terdapat empat etnis sebelum-sebelumnya. Keempatnya etnis ini hidupnya sering berpindah-pindah tempat.
"Etnis sebenarnya empat, apa penyebab berada di satu suku bahasa yang lama, disebut tuur intana di Topaso baru. Terjadi bencana dan penyakit dari tuur intana mencari pemukiman baru, bagi penyebar pertama tinggal di gunung Soputan, penduduk pertama," jelas Reinhard.
Setelah Berjalan ratusan tahun, Reinhard menceritakan suku Minahasa mengalami pemenuhan di suatu daerah, sehingga mengungsi dari Lokon. Setelah mengungsi, kebiasaan mereka menulis berubah ke batu pinawetengan.
Dengan perginya jadi etnis Tonsea, hingga menjadi etnis Tondano, Tolou, mereka menulis di batu, disebut batu pinawetengan masih ada di daerah Tompaso.
Sementara di Padies Kimuwu, terdapat dua situs bersejarah yang bisa menjadi tempat cocok untuk melihat bulan, sehingga mereka sering mengadakan upacara di sana.
Sebenarnya kata Minahasa berasal dari tempat ini, karena kata Minahasa berasal dari kata Mina dan Esa artinya jadi satu.
Sayangnya terjadi peristiwa penghinaan bangsa Spanyol terhadap ketua walak, sehingga menyebabkan perang. Batu ini, mereka berkumpul disini sembari mengamati Spanyol dengan tujuan mengusir Spanyol dari tanah Minahasa.
Akhirnya suku Minahasa berhasil mengusir penjajah dari tanah Minahasa, sayangnya Spanyol menghasut suku minolog. Setelah Spanyol kalah, Belanda mengutus orang Ternate ke Minahasa untuk mencari tahu.
Dari perjalanan ini, akhirnya Belanda mengundang Suku Minahasa ke Ternate dan bersepakat kalau Minahasa dan Bangsa Belanda adalah saudara dan akan saling tolong menolong.
Namun, setelah 100 tahun kemudian, suratnya kesepakatan dengan Belanda dinyatakan hilang oleh Belanda. Sehingga terkikis dan lahirnya antara tuan dan penjajah.
Di samping itu, asal muasal terjadi pemujaan, Padies Kimuwu merupakan simbol pasak bumi atau disebut dengan simbol kemakmuran. Artinya bercocok tanam dan berladang, jadi simbolnya Padies, terlihat dari ornamen berbentuk padi.











